Satu Lagi Warisan Mega Proyek dari Era Jokowi Lahir di NKRI

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 28/06/2024 19:05 WIB
Foto: Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Gresik, Jatim. (Dok PT Freeport Indonesia)

Gresik, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya program hilirisasi, khususnya pada komoditas pertambangan mineral, di dalam negeri.

"Hanya" dari proyek hilirisasi nikel, RI ketiban "durian runtuh" hingga puluhan miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau ratusan triliun rupiah.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), pada 2023 lalu ekspor nikel RI mencapai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 654,8 triliun (asumsi kurs Rp 16.370 per US$). Bahkan, pada 2030 nilai ekspor nikel RI diperkirakan mencapai US$ 70 miliar.


Setelah sukses dengan hilirisasi nikel, RI kini kembali menggencarkan hilirisasi untuk komoditas lainnya, yakni tembaga.

Satu mega proyek hilirisasi tembaga telah lahir dari pemerintahan Presiden Jokowi. Mega proyek yang dimaksud tersebut yaitu fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga yang dimiliki dan dikelola PT Freeport Indonesia (PTFI).

Kemarin, Kamis (27/06/2024), menandakan tonggak sejarah di hilirisasi tembaga dimulai. Proyek smelter tembaga PTFI bernilai investasi hingga US$ 3,7 miliar atau sekitar Rp 58 triliun akhirnya mulai beroperasi.

Berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur, ini merupakan smelter dengan desain single line terbesar di dunia dan mampu mengolah dan memurnikan konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per tahun.

Acara peresmian ini juga turut dihadiri oleh pemerintah, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, dan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Minerba Kementerian ESDM) Bambang Suswantono, dan Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, proyek smelter tembaga PTFI ini merupakan bagian dari warisan Presiden Jokowi.

Terlebih, lanjutnya, proses pembangunan smelter ini tak mudah, penuh dinamika. Dimulai dari proses akuisis saham Freeport McMoran (FCX) di PT Freeport Indonesia hingga 51% oleh pihak Indonesia melalui Holding BUMN Pertambangan MIND ID pada 2018 lalu. Kemudian, dalam perjalanannya terkendala pandemic Covid-19.

"Pertama-tama saya memanjatkan puji-pujian kita kepada Allah SWT karena hari ini jujur saya katakan saya berbahagia ini adalah sebuah perjalanan panjang dalam sebuah dinamika proses bagaimana dari proses akuisisi 2018 salah satu syaratnya itu adalah harus membangun smelter. Dan saya tahu betul membangun smelter ini Pak Dirjen Minerba ini gak gampang ini, sempat mau digeser ke Maluku Utara, dinamikanya minta ampun, Papua juga minta kenapa copper dari Papua dibangun di Jawa Timur itu juga dinamikanya minta ampun," paparnya saat memberikan sambutan dalam peresmian smelter tembaga PTFI di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Kamis (27/06/2024).

"2021 waktu kita putuskan segera membangun, Covid. Dan hari ini sama-sama kita bisa menyaksikan dengan prosesi commissioning operasi karena saya punya feeling tadi saya bisik sama Pak Menko, aduh menurut saya bahaya Pak Presiden bisa lewat barangnya. Tadi saya sampai kepada Pak Menko Pak ini adalah legacy Pak Presiden Jokowi," tutur Bahlil.

Bahlil pun mengingatkan PTFI untuk tetap melibatkan perusahaan daerah dalam aktivitas usahanya.

"Jadi saya ucapkan selamat Pak Tony atas proses ini dan ini adalah terbesar di dunia... Ada satu lagi dari awal saya sampaikan bahwa kalau mau smelter ini berjalan baik libatkan daerah, libatkan perusahaan daerah, kalau tidak itu berbahaya," tandasnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, pembangunan smelter bisa terlaksana sesuai dengan jadwal.

"Tidak lain dan tidak bukan adalah berkat dukungan semua pihak dan juga Kementerian ESDM. Jadi pada kesempatan ini saya ingin sekali lagi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pemangku kepentingan," ungkap Tony dalam acara peresmian pengoperasian smelter di Gresik, Jatim, Kamis (27/06/2024).

Dia menjabarkan, smelter akan memproduksi katoda tembaga diperkirakan mulai sekitar bulan Agustus atau membutuhkan waktu 6-10 minggu pasca pengoperasian. Hal ini untuk memanaskan semuanya, supaya mencapai titik panas tertentu pada furnish-nya.

"Setelah itu baru akan dimasukkan konsentratnya, kemudian diolah di furnish itu dimasak di bentuk anode casing yang tadi kita lihat tadi. Copper anode kemudian dibawa ke Electro Refinery," ungkap Tony.

Selanjutnya, pada saat di Electro Refinery itu akan membutuhkan waktu sekitar 3 minggu. Jadi diperkirakan, pihak Freeport akan menggenjot untuk dapat memproduksi katoda tembaganya pertama nanti di sekitar pertengahan Agustus.

"Semoga dapat bisa dilakukan sebelum atau dalam rangkaian acara peringatan hut kepentingan Republik Indonesia 17 Agustus," jelas Tony.

Mengutip laporan PTFI, nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar yang menempati lahan seluas 100 hektare itu sudah mencapai US$ 3,7 miliar atau Rp 58 triliun.

Smelter ini merupakan smelter kedua yang di bangun PTFI setelah smelter yang dioperasikan PT Smelting yang juga berlokasi di Gresik.

Smelter ini didesain menghasilkan 600-700 ribu ton katoda tembaga per tahun. Lalu, ini juga memurnikan lumpur anoda yang akan menghasilkan emas sekitar 50-60 ton per tahun dan perak sekitar 220 ton per tahun.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Tambang Nikel Raja Ampat, Bahlil Ungkap "Titah" Prabowo