Penerimaan Migas RI Makin Seret, Ternyata Ini Biang Keroknya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 28/06/2024 18:30 WIB
Foto: REUTERS/Andy Buchanan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara perihal semakin menurunnya penerimaan negara di sektor minyak dan gas bumi (migas), khususnya melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), pada Mei 2024 lalu.

Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan, PNBP dari sumber daya alam (SDA) migas hingga Mei 2024 baru sebesar Rp 46 triliun atau 41,8% dari target. Angka tersebut mengalami kontraksi sebesar 9,9%.

Lantas, apa yang menyebabkan anjloknya penerimaan negara dari sector migas tersebut?


Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui bahwa penurunan penerimaan negara dari sektor migas ini juga dipicu karena menurunnya produksi minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri.

"Produksi kita yang memang juga turun. Tapi saya rasa turunnya gak terlalu," ucapnya saat ditemui di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/6/2024).

Di sisi lain, menurutnya penerimaan negara justru lebih rendah dari sektor mineral dan batu bara (minerba) karena turunnya harga komoditas, terutama batu bara.

"Tapi saya rasa turunnya nggak terlalu, yang besar itu saya rasa yang minerba karena harga-harga turun," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kinerja Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) turun pada Mei 2024. Dia mengatakan, penurunan PNBP ini sebenarnya juga dapat dilihat pada penerimaan pajak Indonesia yang menurun pada bulan Mei.

"Jadi kita lihat dari penerimaan negara bukan pajak juga mirroring seperti yang kita lihat dalam penerimaan pajak," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers edisi Mei 2024, Kamis, (27/6/2024).

Sri Mulyani mengatakan, penurunan PNBP ini disebabkan oleh penerimaan dari sektor sumber daya alam migas dan nonmigas yang mengalami pelemahan. Dia bilang, penurunan ini patut diwaspadai.

"Ini harus kita waspadai," katanya.

Sebagai informasi, realisasi produksi migas hingga Mei 2024 masih lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

Pada 2024 ini lifting minyak memang ditargetkan mencapai 635 ribu bph. Namun, hingga Mei 2024 lifting minyak tercatat "hanya" 561,9 ribu bph. Adapun Kementerian ESDM memperkirakan lifting minyak sampai akhir tahun 2024 ini "hanya" sekitar 595 ribu bph, lebih rendah dari target dalam APBN 2024 tersebut.

Sementara untuk penyaluran (lifting) gas pada 2024 ini, lifting gas ditargetkan mencapai 1,033 juta boepd. Tapi, sampai Mei 2024 hanya sebesar 939,8 ribu boepd. Oleh karena itu, perkiraan lifting gas sampai akhir tahun ini diperkirakan hanya sebesar 993,8 ribu boepd.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lifting Migas Hingga Mei 2025 Lebih Rendah Dari Target APBN