Belajar dari Resesi 'Negaranya Messi' Argentina, RI Wajib Lakukan Ini!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Kamis, 27/06/2024 09:20 WIB
Foto: Jorge Insaurralde, mengenakan jersey sepak bola Argentina, mengantre makanan hangat gratis di dapur umum yang dikelola oleh Gerakan Pekerja yang Dikecualikan (MTE) di Buenos Aires, Argentina, Jumat, 18 Maret 2024. (AP/Natacha Pisarenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Argentina kembali jatuh ke jurang resesi setelah ekonomi kuartal I-2024 minus 5,1%, melanjutkan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 2,6%. Resesi Argentina ini dipicu oleh utang yang menumpuk sehingga defisit anggarannya tidak terkendali.

Mengutip data persentase General Government Gross Debt of GDP Argentina yang dicatat Dana Moneter Internasional atau IMF untuk 2024, angkanya memang telah mencapai 86,2%, jauh melampaui catatan untuk Indonesia yang sebesar 39,3%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebetulnya ekonomi Argentina sangat maju hingga menjadikannya negara kaya, namun karena APBN nya tidak dikelola dengan baik hingga menyebabkan defisitnya terus membengkak membuat negara itu kini malah terjebak ke dalam middle income trap.


"Mungkin bapak-bapak ibu sekalian bisa lihat seperti Argentina, itu dalam 100 tahun dia berapa kali mengalami krisis dan selalu sumbernya dari APBN yang tidak sustainable, sehingga Argentina kalau abad 19 awal termasuk negara kaya dan paling maju, sekarang mengalami setback. Ini yang akan terus kami berkomunikasi karena APBN ditetapkan dengan proses politik, kita juga harus melalui proses politik yang proper juga," tutur Sri Mulyani dalam rapat dengan DPD, dikutip Kamis (27/6/2024).

Dengan melihat kondisi Argentina, Indonesia harus hati-hati dalam mengelola APBN. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai kasus Argentina bisa menjadi contoh.

"Bisa menjadi contoh, maksudnya pengelolaan APBN itu harus bagus supaya jangan sampai akhirnya orang melihat APBN itu bisa jadi krisis gara-gara persepsi gitu loh," kata Aviliani saat ditemui di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, dikutip Kamis (27/6/2024).

Aviliani mengatakan, sebetulnya, beberapa pekan lalu sudah ada sinyal yang berpotensi membuat investor khawatir terhadap perekonomian Indonesia. Sinyal itu ialah terus melemahnya pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Apalagi terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu ialah masalah persepsi negatif pelaku pasar keuangan terhadap kemungkinan bengkaknya defisit fiskal pada 2025, tahun saat Prabowo Subianto mulai menjabat sebagai Presiden Indonesia.

"Sekarang rupiah sudah melemah nih. Biasanya rupiah melemah itu yang cenderung biasanya orang tuh, waduh ini jangan-jangan kita masuk jurang resesi. Jadi makanya satu adalah bagaimana mengelola rupiah itu sudah pasti, yang kedua terkait dengan APBN," tutur Aviliani.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 8 Jurus Sri Mulyani Tembuskan 8%!