Orang RI Gemar Berobat ke Luar Negeri, Negara Boncos Rp 180 T/Tahun

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
24 June 2024 20:00
Rumah sakit di Beijing wilayah utara tengah menghadapi lonjakan jumlah pasien anak-anak yang menderita penyakit pernafasan. (Photo by VCG/VCG via Getty Images)
Foto: (Photo by VCG/VCG via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyebut, ada sekitar Rp180 triliun per tahun devisa negara hilang akibat banyak masyarakat Indonesia yang lari berobat ke luar negeri.

Hal ini sebagaimana disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Budiono Subambang dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI hari ini, Senin (24/6/2024).

Karena itu, Budiono menilai perlunya meningkatkan kualitas dan ketersediaan obat-obatan, serta alat kesehatan (alkes) di dalam negeri, dengan cara memberikan dukungan kepada industri kesehatan lokal untuk mengurangi ketergantungan tersebut.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Indonesia saat ini masih ketergantungan impor bahan baku farmasi mencapai 90%, dengan didominasi impor alat kesehatan sebesar 52%. Untuk itu, dengan adanya penguatan dukungan ke industri kesehatan di dalam negeri, menurutnya akan menghemat devisa negara.

"Oleh karena itu kita perlu adanya penguatan dukungan ya industri kesehatan dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan tersebut, dan tentu juga ini akan menghemat devisa negara yang hilang akibat yang berobat ke luar negeri yang mencapai Rp180 triliun per tahun," ucapnya.

"Jadi memang kita sadari bahwa, ini perlu penguatan industri kesehatan dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan tadi," imbuhnya.

Pekerja medis merawat pasien di unit perawatan intensif departemen darurat di rumah sakit Chaoyang Beijing, di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Beijing, Cina ( 27/12/2022). (VIA REUTERS/CHINA DAILY)Foto: Pekerja medis merawat pasien di unit perawatan intensif departemen darurat di rumah sakit Chaoyang Beijing, di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Beijing, Cina ( 27/12/2022). (VIA REUTERS/CHINA DAILY)
Pekerja medis merawat pasien di unit perawatan intensif departemen darurat di rumah sakit Chaoyang Beijing, di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Beijing, Cina ( 27/12/2022). (VIA REUTERS/CHINA DAILY)

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) Mira Dyah Wahyuni mengungkapkan, uang dari dalam negeri yang keluar Indonesia untuk pengobatan medis banyak berasal dari satu pulau, yakni Sumatera. Hal itu, katanya, karena faktor geografis yang lebih dekat dengan Malaysia dan Singapura.

"Kenapa Sumatera? Karena jarak juga lebih dekat," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (3/6/2024).

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rakernas Kesehatan di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/4/2024) lalu, juga sempat menyoroti fenomena Indonesia yang darurat tenaga kesehatan. Dia menyebut, rasio dokter di Indonesia ada di level 0,47 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Tanah Air. Akibat rasio yang sangat rendah tersebut, banyak warga Indonesia yang akhirnya memilih mencari pengobatan di luar negeri.

"Ada 1 juta lebih warga negara kita berobat ke luar negeri, ke Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika, Eropa," ujar Jokowi.

"Dan kita kehilangan US$11,5 miliar, kalau dirupiahkan itu Rp 180 triliun hilang karena warga kita tidak mau berobat di dalam negeri. Pasti ada alasan kenapa enggak mau," sebutnya.

Jokowi menyadari, Indonesia punya PR besar dalam memajukan sektor kesehatan di Indonesia. Selain mengejar ketertinggalan jumlah dokter, Jokowi menyebut Indonesia juga harus mendorong industri farmasi di Tanah Air. Apalagi saat ini sebagian besar bahan baku industri farmasi masih impor.

"Kemudian 52% alkes (alat kesehatan) kita juga belum (produksi sendiri). Urusan yang kecil-kecil ini harus kita berani memproduksi sendiri," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kelas BPJS Kesehatan 1,2,3 Dihapus Juni 2025, Iurannya Jadi Berapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular