
Bakal Jadi Produsen Logam Tembaga No.4 Dunia, Ini Keuntungan Buat RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sebentar lagi akan menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat dunia pada 2025 mendatang. Hal tersebut menyusul dengan beroperasinya smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berada di Gresik.
Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menilai dengan menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat, maka hal itu akan menguntungkan bagi Indonesia.
Sebab, tembaga saat ini menjadi salah satu komponen utama untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik. Sehingga kegunaannya cukup vital bagi rencana strategis pemerintah ke depan.
"Kalau kita mau berpikir kan sederhana. Bahwa salah satu industri strategis yang dicanangkan oleh pemerintah kan ke arah baterai dan kendaraan listrik. Nah, tembaga juga salah satu daripada mineral kritis yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik," ujar Irwandy di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (21/6/2024).
Menurut Irwandy, pemerintah menargetkan ada sebanyak 400 ribu unit mobil listrik diproduksi pada tahun 2025. Kemudian akan terus mengalami peningkatan hingga 2050.
"Artinya kebutuhan kurang lebih 8 mineral, ya antara lain tembaga, nikel, aluminium, mangan, kobalt itu untuk kendaraan listrik akan makin lama makin meningkat. Jadi kalau kita produsen nomor empat, diharapkan ini akan memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan Indonesia akan mulai menghasilkan 1,5 juta ton katoda tembaga pada tahun depan. Katoda tembaga tersebut berasal dari produk smelter PTFI dan Amman Mineral.
"China hasilkan 12 juta ton katoda konsentratnya di laut China tapi smelter di China, Kedua Chili, Ketiga Kongo. Keempat Jepang 1,5 juta ton. Indonesia capai 1,5 juta ton nanti," kata Tony dalam MINDialogue CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (20/06/2024).
Menurut Tony dengan produksi katoda tembaga yang cukup besar, tentunya akan cukup menguntungkan bagi Indonesia. Terutama di tengah permintaan komoditas ini yang cukup tinggi. "Ini akan menguntungkan bagi Indonesia di tengah permintaan tinggi," tambahnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Smelter 'Raksasa' Tembaga RI Siap Beroperasi Hingga Dolar Terbuang