Data Ekspor-Impor RI Bikin Ngeri, Pelemahan Ekonomi di Depan Mata?

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
21 June 2024 09:25
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mencatat rekor baru dengan meraih surplus neraca perdagangan selama 49 bulan beruntun. Namun, data ekspor dan impor RI sebenarnya menunjukkan tren perlambatan sejak tahun lalu.

"Baik ekspor maupun impor sama-sama tumbuh melambat," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telisa Aulia Falianty dikutip Jumat, (21/6/2024).

Data yang ditunjukkan oleh Telisa memperlihatkan kinerja ekspor RI sudah mulai turun sejak kuartal II 2023, setelah mengalami commodity booming pada 2021 sampai 2022. Secara year-on-year pada kuartal II 2023 ekspor Indonesia tumbuh negatif 17,56%. Penurunan itu kembali terjadi pada kuartal III dengan perolehan minus 17,8%. Lalu kuartal IV 2023 (-8,9%), dan kuartal I 2024 (-7,7%).

Di sisi lain, kinerja impor juga mulai melambat di kuartal I 2023 dengan pertumbuhan negatif 5,1%. Angka itu kembali turun pada kuartal II 2023 (-11,2%), kuartal III 2023 (-10,7%), dan kuartal IV 2023 (-1,7%), dan kuartal I 2024 (-0,65%).

"Pertumbuhan ekspor jauh lebih terkontraksi dari pertumbuhan impor, itu yang mengkhawatirkan," ujarnya.

Telisa mengatakan penurunan kinerja ekspor dan impor Indonesia ini tak lepas dari kondisi global. Dia menilai perlambatan perdagangan global telah merambat ke ekonomi dalam negeri RI.

"Memang terjadi perlambatan di perdagangan global," katanya.

Dia menilai pemerintah harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Menurutnya, kondisi pelemahan ekspor-impor ini bisa mengganggu cadangan devisa hingga nilai tukar rupiah. "Nanti devisa kita terganggu dan lebih jauh bisa membuat rupiah lebih terdepresiasi," kata dia.

Sebelumnya, BPS merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 yang masih mengalami surplus sebesar US$2,93 miliar. Hasil tersebut berasal dari selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar.

Nilai impor Mei 2024 naik secara bulanan sebesar 14,40%, namun turun secara year-on-year sebesar 8,83%. Apabila dilihat dari tahun kalender berjalan, nilai impor Januari-Mei juga mengalami penurunan 0,42%.

Sementara itu, ekspor Indonesia secara kumulatif mengalami penurunan 3,52%. Meski demikian, secara year-on-year ekspor Indonesia masih positif 2,86%.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai data ekspor-impor belakangan menunjukan tanda-tanda pelemahan. "Kondisi impor turun dan ekspor turun, artinya ekonomi Indonesia mengalami perlambatan," kata Esther.

Esther menilai pelemahan ekonomi ini terjadi karena faktor internal maupun global. Dia mengatakan dari sisi domestik ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah. Sehingga nilai tambah pada ekspor Indonesia masih minim.

Sementara dari global, dia menilai konflik geopolitik yang terjadi mengakibatkan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia menjadi berkurang. "Faktor global karena konflik geopolitik mengakibatkan distribusi barang terhambat dan suplai barang di pasar berkurang," papar dia.

Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan penurunan nilai ekspor-impor belakangan ini terjadi karena adanya pelemahan harga-harga komoditas.

"Bukan turun, jadi itu terjadi seiring pelemahan harga komoditas global," ujar Amalia.

Amalia mengatakan saat ini ekspor Indonesia masih didominasi komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO). Kedua komoditas itu, kata dia, adalah barang-barang mentah yang harganya amat bergantung pada permintaan global.

"Kalau kita didominasi oleh ekspor komoditas yang non-olahan memang selalu akan rentan terhadap volatilitas harga komoditas," kata dia.

Dia mengatakan ke depan pemerintah akan berfokus pada program hilirisasi. Dia bilang program hilirisasi sudah berhasil menempatkan komoditas setengah jadi seperti besi dan baja menjadi kontributor terbesar ketiga pada ekspor Mei 2024.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Impor RI Sepanjang April 2024 Naik 0,18%, Tembus US$ 2,92 Miliar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular