Lewati Banyak Krisis, Ini Kunci Freeport Bertahan Lebih dari 50 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan bahwa pihaknya selama ini telah melewati berbagai tantangan yang ada. Utamanya ketika perusahaan sudah menjalankan operasinya selama 57 tahun di Indonesia.
Menurut Tony tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan tambang saat ini adalah faktor cuaca. Sebab curah hujan yang cukup tinggi akan berdampak signifikan pada proses kegiatan produksi.
"Tantangan yang paling besar adalah cuaca dan keamanan juga. Kalau ditanya 57 tahun operasi di Indonesia. Setiap tujuh kali pergantian Presiden ada tantangan, ganti Menteri ada tantangan. Tapi komunikasi terus dilakukan antara Pemerintah dan Freeport," ujar Tony dalam MINDialogue CNBC Indonesia, di Jakarta, Kamis (20/06/2024).
Oleh sebab itu, strategi yang dilakukan PTFI saat ini yaitu fokus pada produksi yang aman dan berkelanjutan. Salah satunya dengan memasang target penurunan emisi karbon hingga 30% di 2030.
"Kita bisa lebih jadi 60% kita mau ganti PLTU kita dengan LNG akan terjadi reduction signifikan yang sudah terjadi adalah kan tadinya pakai truk diesel diganti dengan kereta listrik yang bisa 160 ribu ton per hari," katanya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia melalui PT Freeport Indonesia (PTFI) sebentar lagi akan memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga single line terbesar di dunia. Adapun smelter tersebut berlokasi di Wilayah JIIPE, Gresik, Jawa Timur.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa smelter milik PTFI tersebut mempunyai nilai investasi hingga US$ 3 miliar dan akan mulai beroperasi pada 1 Juli 2024. Pabrik tembaga itu akan menghasilkan 60 ton emas murni dan 400 ribu ton katoda tembaga.
"Mulai 1 Juli ke depan, pabrik Freeport akan mengolah konsentrat tembaga dari Timika di Gresik. Dalam satu tahun pabrik ini akan menghasilkan 60 ton emas murni, 400 ribu ton katoda tembaga, dan berbagai produk turunan lainnya," ungkap Bahlil dalam kuliah umum yang digelar di Universitas Islam As Syafi'iyah, Bekasi, dikutip Kamis (13/6/2024).
Selain di Gresik, Freeport Indonesia juga diminta untuk membangun smelter di Timika, Papua, dekat dengan lokasi tambang Freeport di Tembagapura. Hal tersebut menyusul dengan rencana penambahan saham pemerintah di PTFI sebesar 10% dari yang saat ini 51% menjadi 61% setelah 2041.
"Kita sedang memikirkan, begitu aturannya keluar, kita akan mengakuisisi lagi sahamnya tambah 10 persen. Sekarang kan kita 51 persen, kita ingin Indonesia harus mayoritas lagi, negosiasinya sudah selesai dan Freeport setuju untuk penambahan saham 10 persen pada 2041 ke atas," ucapnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kupas Tuntas Persoalan Mineral Kritis dalam Perspektif Geopolitik
