FOTO Internasional

Tanda 'Kiamat' Hajar China Sana-sini, Darat Jadi Laut-Kering Kerontang

Reuters, CNBC Indonesia
Kamis, 20/06/2024 22:00 WIB

China dihantam berbagai bencana alam mulai dari banjir hingga tanah longsor. Ini diyakini akibat perubahan iklim yang membuat bencana makin sering terjadi.

1/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)

China dihantam berbagai bencana alam mulai dari banjir hingga tanah longsor. Ini diyakini akibat perubahan iklim yang membuat bencana makin sering terjadi. Dalam foto, jarangnya hujan selama berminggu-minggu membuat panas terik yang menyebabkan kekeringan parah di beberapa provinsi, termasuk di ibu kota provinsi Shandong, Jinah, yang memiliki lahan pertanian besar dengan lebih dari 3,2 juta hektar jagung ditanam pada musim ini. (REUTERS/Xihao Jiang)

2/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)

Pemerintah pun telah memberi peringatan soal gelombang panas. Beberapa petani terlihat memperbaiki sumur yang sebelumnya tidak digunakan di ladang jagung guna memperoleh air. Mengutip Reuters, mereka mengatakan kekeringan datang dan tidak sesuai musim. Ini dapat menyebabkan kerusakan panen yang signifikan. (REUTERS/Nicoco Chan)

3/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)

Menurut stasiun televisi pemerintah China, CCTV, beberapa wilayah di Hebei, Henan, dan Shandong dapat mengalami suhu yang mencapai lebih dari 43,8 derajat Celsius. Proyeksi bahkan mengatakan suhu panas dapat memecahkan rekor sejarah untuk bulan Juni.  Dalam foto terlihat bagaimana tanah-tanah retak karena kering kerontang. (REUTERS/Nicoco Chan)

4/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)

Sementara itu, bencana juga terus menghantam China. Cuaca berbeda drastis dengan hujan deras selama berhari-hari, banjir bandang, dan tanah longsor menerjang China bagian selatan. Hal ini memaksa pihak berwenang memberlakukan rencana darurat karena sungai yang meluap telah mengancam jutaan orang. (cnsphoto via REUTERS)

5/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)

Kamis (20/6/2024), Guangdong sendiri meningkatkan rencana tanggap darurat terhadap bencana seperti tanah longsor dan banjir ke tingkat tertinggi kedua. Ini untuk membantu mengoordinasikan dan mengerahkan sumber daya di seluruh provinsi yang dilanda banjir. Beberapa provinsi lain telah mengaktifkan tanggap darurat Tingkat IV untuk pengendalian banjir seiring dengan puncaknya musim banjir tahun ini. (cnsphoto via REUTERS)

6/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)

Musim banjir tahunan di China juga dimulai lebih awal tahun ini, dengan provinsi-provinsi selatan berjuang melawan badai hebat yang menghancurkan infrastruktur, hasil pertanian, dan banyak kota. Hujan deras dan tanah longsor di Guangdong dan Fujian telah menewaskan sedikitnya sembilan orang dan menyebabkan beberapa orang hilang. (cnsphoto via REUTERS)

7/7 Pemandangan drone menunjukkan para petani menyiram ladang dengan jagung yang baru ditanam, di tengah peringatan oranye akan gelombang panas di wilayah yang dilanda kekeringan, di Jinan, provinsi Shandong, Tiongkok, 20 Juni 2024. (REUTERS/Xihao Jiang)
Keadaan Bumi memang tidak sedang baik-baik saja dengan berbagai kerusakan yang terjadi di dalamnya. Perubahan iklim, sebagaimana dimuat laporan terbaru para ilmuwan di University of Colorado Boulder (CU) membuat pencairan es di Samudra Arktik maju satu dekade atau 10 tahun lebih cepat. Menimbulkan kekhawatiran akan "kiamat". (cnsphoto via REUTERS)