Sumbang Setengah Produksi Dunia, Ini Potensi Hilirisasi Nikel RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat produksi nikel di Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton dan memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap total produksi nikel dunia. Dengan potensi itu, Indonesia telah diakui sebagai negara pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Selain itu, kebutuhan nikel di dunia akan produk baja tahan karat (stainless steel) semakin tinggi, bahkan organisasi nirlaba International Stainless Steel Forum (ISSF) menyebutkan, pada tahun 2024, konsumsi baja tahan karat dunia akan tumbuh sebesar 3,6% dibandingkan dengan tahun 2023.
Tingginya tingkat cadangan dan potensi kebutuhan nikel dunia yang semakin tinggi ini membuat pemerintah terus mendorong agenda hilirisasi. Salah satunya dengan mendorong industri smelter di Tanah Air demi memperkuat nilai tambah produk dan mendorong pertumbuhan ekonomi, dari tingkat daerah hingga nasional.
Hingga saat ini, beberapa kawasan di Indonesia telah memiliki smelter nikel yang maju, seperti Kawasan Industri Morowali, Kawasan Industri Stardust Estate Investment di Morowali Utara, dan Kawasan Industri Virtue Dragon di Konawe.
Kebijakan hilirisasi yang ditempuh oleh Presiden Joko Widodo disebut perlu dilanjutkan bahkan ditingkatkan ke depannya. Pasalnya, hilirisasi mineral terbukti meningkatkan nilai perekonomian komoditas tambang Indonesia.
Berdasarkan data Reforminer Institute, nilai tambah ekspor setelah hilirisasi nikel tembus US$ 35,6 miliar atau setara Rp 510 triliun di 2022. Angka ini naik lebih dari 6,6 kali lipat dari 2013 yang hanya US$ 5,4 miliar.
Dengan kekayaan nikel yang dimiliki Indonesia, masih ada potensi dan ruang yang lebar yang bisa diraih dalam hilirisasi. Salah satu yang memiliki potensi besar adalah serapan bahan setengah jadi untuk industri manufaktur domestik sepenuhnya seperti baterai mobil listrik. Dengan begitu harapan pemerintah untuk memiliki ekosistem kendaraan listrik pun bisa tercapai dengan adanya hilirisasi ini.
Untuk diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah mencatat, Sulawesi Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 11,91% pada 2023 dibandingkan dengan 2022. Capaian ini dikontribusikan oleh sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 21,26%, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 10,12%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 8,67 %.
Sementara perkembangan ekspor Sulawesi Tengah, selama Januari-September 2023, nikel mendominasi senilai US$2.887,75 juta atau setara 19,79%. Hal ini membuktikan hilirisasi nikel mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional, serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Secara terpisah dari sisi pengusaha, perusahaan yang membangun smelter untuk hilirisasi nikel selain di Morowali salah satunya adalah PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Bahkan PT OSS turut memberikan kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), di mana perusahaan asal Tiongkok yang beroperasi di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ini menyumbang pemasukan untuk daerah senilai Rp70 miliar selama 2022.
PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI)turut memainkan peran penting dalam hilirisasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Kehadirannya juga mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Perusahaan yang terletak di Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara, ini pun berupaya menjalankan agenda hilirisasi untuk nikel sesuai dengan program Pemerintah.
(bul/bul)