Bukti Dunia Masih Butuh Batu Bara: 1 Dekade Ekspor dari RI Melejit 45%
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia kini tengah menggencarkan penggunaan energi bersih sebagai upaya untuk menangkal perubahan iklim akibat emisi karbon yang kian meningkat setiap tahunnya.
Karena itu, tak ayal, batu bara sebagai salah satu sumber energi fosil yang dianggap kotor terus ditekan untuk segera ditinggalkan.
Bahkan, sekumpulan negara maju tergabung dalam G7 yang dipimpin Amerika Serikat dan Jepang menginisiasi pendanaan hingga US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun berupa program Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk Indonesia agar Indonesia beralih ke energi bersih dan meninggalkan batu bara.
Program JETP tersebut diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022 di Bali.
Namun demikian, nyatanya kampanye masif dunia untuk meninggalkan batu bara belum berhasil. Hal ini bisa terlihat dari ekspor batu bara Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.
Bahkan, ekspor batu bara Indonesia dalam kurun waktu satu dekade terakhir yakni pada 2013-2023 terpantau melejit 45%.
Berdasarkan Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 7 Juni 2024, ekspor batu bara Indonesia pada 2023 tercatat mencapai 518,04 juta ton, meningkat 45% dibandingkan ekspor pada 2013 lalu yang sebesar 356,36 juta ton.
Kenaikan jumlah ekspor ini sejalan dengan kenaikan produksi batu bara RI dalam 10 tahun terakhir. Pada 2023 Indonesia tercatat memproduksi batu bara sebesar 775,18 juta ton, melonjak 63% dari 2013 lalu yang sebesar 474,37 juta ton.
Adapun ekspor batu bara RI pada 2023 tercatat mencapai 66,8% dari total produksi batu bara nasional. Porsi ekspor ini terlihat semakin turun bila dibandingkan porsi ekspor pada 2013 yang mencapai 75%. Ini mengindikasikan pemanfaatan batu bara di dalam negeri juga semakin meningkat.
Berikut data ekspor batu bara RI selama 2013-2023:
2013: 356,36 juta ton
2014: 381,97 juta ton
2015: 365,85 juta ton
2016: 331,13 juta ton
2017: 286,93 juta ton
2018: 356,39 juta ton
2019: 454,50 juta ton
2020: 405,05 juta ton
2021: 435,22 juta ton
2022: 465,33 juta ton
2023: 518,04 juta ton.
(wia)