Internasional

Rusia Ngamuk, Putin Tiba-Tiba Serang Dolar AS & Euro

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 13/06/2024 14:18 WIB
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin meninjau pengawal kehormatan resimen Kepresidenan setelah upacara pelantikannya di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa, 7 Mei 2024. (AP/Pavel Bednyakov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Moskow menghentikan perdagangan dalam dolar Amerika Serikat (AS) dan Euro, Rabu. Ini dilakukan setelah Washington melemparkan sanksi baru kepada Rusia.

Bank Sentral Rusia mengatakan bahwa langkah ini diambil lantaran sanksi AS terbaru telah membatasi kegiatan perdagangan dan ekonomi Negeri Beruang Putih. Mereka menambahkan bahwa pihaknya akan menggunakan data perdagangan bebas untuk menetapkan nilai tukar resmi dolar dan euro.


"Karena penerapan tindakan pembatasan oleh AS terhadap Moscow Exchange Group, perdagangan bursa dan penyelesaian instrumen yang dapat diserahkan dalam dolar AS dan euro ditangguhkan," kata bank sentral itu dikutip Reuters, Kamis (13/6/2024).

Meski adanya penghentian ini, Bank Sentral Rusia menegaskan bahwa simpanan warga di bank berbentuk dolar dan euro akan tetap aman. Kegiatan tukar menukar melalui bank juga tetap diizinkan.

"Perusahaan dan individu dapat terus membeli dan menjual dolar AS dan euro melalui bank-bank Rusia. Semua dana dalam dolar AS dan euro di rekening dan simpanan warga dan perusahaan tetap aman," tambahnya.

Sebelumnya, AS kembali menjatuhkan sanksi kepada Rusia yang membatasi jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari negara itu. Selain itu, ada pula sanksi menargetkan perusahaan-perusahaan China yang membantu Rusia dalam mendanai dan memperkuat posisinya dalam perang di Ukraina.

Sanksi ini sendiri bukanlah sanksi pertama yang dijatuhkan AS dan negara Barat kepada Rusia. Tercatat, ada 16 ribu sanksi yang dijatuhkan untuk menggembosi kantong pendapatan negara itu dengan harapan dapat menghentikan serangan militernya ke Ukraina.

Sanksi tak Ampuh

Meski dihujani ribuan sanksi, perekonomian Rusia masih terus menunjukan tanda-tanda yang normal. Hal ini sendiri tidak lepas dari kepemilikan Moskow atas emas.

Associate Professor dalam Studi Pembangunan Internasional di Universitas Dalhousie, Robert Huish, mengatakan bahwa emas membuat Rusia mulai beralih dari ketergantungannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, aksi ini telah dilakukan Moskow sejak 2013 lalu

"Miliaran dolar emas Rusia diperdagangkan secara bebas dengan harga tertinggi sambil menghindari 16.000 sanksi tersebut. Itu sebabnya sanksi global terhadap Rusia tidak menggagalkan apa pun," ujar Huish dalam sebuah kolom di Conversation.com.

Menurut Dewan Emas Dunia, Rusia kini menjadi produsen emas terbesar kedua dengan 324,7 ton pada tahun 2023, di belakang China dengan 374 juta ton. Rusia diperkirakan akan meningkatkan produksi emas sebesar empat persen per tahun hingga tahun 2026.

Pada awal tahun 2022, Rusia mematok mata uangnya, rubel, pada emas. Rencananya adalah untuk mengalihkan mata uang tersebut ke dalam standar emas. Saat ini, 5.000 rubel sekarang akan bernilai satu ons emas murni.

"Biasanya alasan menyimpan cadangan emas adalah untuk menggunakannya untuk menyelesaikan transaksi luar negeri di dalam dan luar negeri," paparnya.

"Pemegang emas dapat memperdagangkannya di salah satu dari beberapa bursa emas batangan; dapat ditukar dengan mata uang untuk menyelesaikan transaksi dan kemudian ditukar kembali menjadi emas batangan."


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Tiba di Rusia & Siap Kopdar Dengan Putin