30.000 Kontainer Baju China Siap Hajar RI, Sri Mulyani Pernah Singgung

Arrijal Rachman & Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Rabu, 12/06/2024 14:15 WIB
Foto: REUTERS/Bob Riha, Jr.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha tekstil nasional memperingatkan ancaman yang tengah mengintai industri di dalam negeri. Dalam 3-6 bulan ke depan, puluhan ribu barang-barang tekstil termasuk garmen (baju/ pakaian) asal China bakal membanjiri Indonesia.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Danang Girindrawardana dalam Profit CNBC Indonesia, Selasa (11/6/2024). Hal itu, kata dia, sebagai efek akibat keputusan pemerintah yang melonggarkan aturan impor.

"Dalam waktu 3-6 bulan ke depan, prediksi kita akan ada 10.000-20.000 kontainer impor berupa produk jadi, yang isinya tekstil jadi, garmen, akan meluber ke Indonesia," katanya dikutip Rabu (12/6/2024).


"Dan, dalam waktu cepat puluhan ribu kontainer masuk ke Indonesia secara legal karena dibuka oleh Permendag itu. Kemudian akan menghantam produk-produk industri tekstil dan garmen kita yang domestik. Itu yang akan terjadi," tambahnya.

Permendag yang dimaksud Danang adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 8/2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan No 36/2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.

Aturan baru ini berlaku mulai 17 Mei 2024 dan merelaksasi ketentuan impor yang sebelumnya diperketat oleh Permendag No 36/2023. Dalam revisi terbaru ini, pemerintah memutuskan melonggarkan impor yang sebelumnya sempat mengharuskan Pertimbangan Teknis (Pertek) dari kementerian teknis yang menaungi komoditas impor sebagai syarat mendapat Persetujuan Impor (PI).

"Kurang lebih, proyeksi kita dalam satu tahun ke depan apabila itu tetap terjadi, maka setiap bulan akan muncul kurang lebih 10.000 sampai 30.000 kontainer. Satu kontainer itu bisa berisi beberapa ratus ribu potong baju jadi," tukas Danang.

"Dan apa gunanya teman-teman produsen IKM (industri kecil menengah) di Bandung tuh, yang bikin fashion-fashion keren itu, disandingkan dengan produk-produk dari China yang jauh lebih murah, nggak seperempat atau paling masing-masing setengah harga kita," tambahnya.

Kondisi itu, sebut Danang, perlahan akan mematikan industri tekstil di dalam negeri. Satu per satu industri tekstil nasional akan gulung tikar.

Serbuan barang impor, termasuk dari China itu, imbuh Danang, akan menggempur pasar domestik secara cepat. Karena keran impor yang dibuka lebar-lebar tanpa mempertimbangkan IKM tekstil di dalam negeri.

"Nah inilah kemudian dalam satu tahun ke depan industri tekstil pada ujungnya akan gulung tikar. Karena tidak ada lagi IKM yang beli dari industri tekstil, semuanya ambil dari impor," ucapnya.

Hal itu, lanjutnya, akan menimbulkan efek bola salju. Yakni, efek domino yang akan memicu kehancuran industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri.

"Gelombang efek bola salju kehancuran ini akan terjadi dalam satu tahun dua tahun ke depan kalau peraturan restriktif terhadap importasi barang tidak kita ciptakan. Ini harus segera direformasi peraturan itu. Kecuali memang pemerintah mendukung adanya upaya deindustrialisasi," katanya.

"Kalau pemerintah tidak berpihak kepada manufaktur dalam negeri, tidak berpihak pada industri dalam negeri, ya silakan diteruskan. Dan itulah kejatuhan ekonomi kita di industri padat karya, dimulai dari Permendag No 8/2024," tantang Danang.

Sri Mulyani Sudah Tahu

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat menyinggung potensi ancaman yang sedang mengintai Indonesia. Yaitu, potensi serbuan barang impor akibat terjadinya kelebihan (ekses) produksi oleh industri di negara lain.

Hal itu diungkapkan Sri Mulyani saat rapat kerja dengan DPD RI, Selasa (11/6/2024). Dalam rapat itu, dia menjelaskan alasan pemerintah melonggarkan aturan impor yang sempat diperketat.

"Yang kemarin-kemarin terjadi banjir (impor) sampai Tanah Abang sepi menyebabkan kita mencoba perketat masuk barang-barang, tapi kemudian menimbulkan ekses dampak ke para penumpang dan ini kemudian direlaksasikan lagi," katanya.

Dia lalu berjanji akan tetap berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga mengenai masalah tekstil dan besi baja.

"Itu dua yang paling fokus karena di dunia terjadi ekses kapasitas, terjadi banyak sekali dumping dan kita harus hati-hati terhadap kebutuhan kita melindungi ekonomi dalam negeri," kata Sri Mulyani.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Dumping Benang Tekstil, API Minta Solusinya Ini