Muncul Fenomena Pabrik-Pabrik Mulai Kurangi Jam Lembur Kerja, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya bukan satu-satunya fenomena menyedihkan di sektor manufaktur di Indonesia saat ini. Belakangan muncul juga fenomena banyaknya pabrikan yang mengurangi bahkan meniadakan waktu jam lembur, pertanda produksi sedang tak baik-baik saja.
Fenomena tersebut terjadi di banyak industri, tak terkecuali sektor otomotif yang mengalami penurunan penjualan dalam beberapa bulan terakhir. Seperti diketahui, penjualan mobil sepanjang Januari-Mei 2024 sebanyak 334.969 unit, turun 21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 423.771 unit.
"Biasa menyesuaikan dengan volume produksi dan permintaan yang melemah dalam Q-1 tahun 2024 terutama otomotif ya," kata Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bob Azam kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/6/2024).
Jika melihat pada kuartal pertama juga tidak menggembirakan. Penjualan dari pabrik ke diler atau wholesales mencapai 215.069 unit pada Januari-Maret atau kuartal I/2024, turun 23,9% atau 282.601 unit secara year-on-year (YoY) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Otomotif bukan menjadi satu-satunya industri yang mengalami penurunan permintaan. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) lebih parah lagi bahkan sampai melakukan PHK kepada belasan ribu orang. Kini fenomena hilangnya lembur pun sudah terjadi.
"Sektor lain seperti tekstil dan sepatu sudah duluan," kata Bob.
Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat, setidaknya ada 13.800 orang pekerja pabrik TPT yang jadi korban PHK sejak awal tahun 2024.
PHK tersebut terjadi mulai dari karena efisiensi perusahaan, juga akibat penutupan pabrik. Penyebabnya, kata Presiden KSPN Ristadi, akibat penurunan order sampai tak ada lagi order.
(hoi/hoi)