Sebelum Dunia Beralih, RI Harus Percepat Gali 1 Juta Barel Minyak

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
11 June 2024 20:40
Kilang minyak
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Energi Nasional (DEN) mendorong agar kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak dapat terus dilakukan. Hal tersebut perlu dilakukan sebelum kebanyakan investor fokus pada pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto membeberkan bahwa di dunia internasional, saat ini sebagian investasinya sudah dialihkan ke sumber energi baru dan terbarukan. Sementara puncak emisi karbon di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada 2035 mendatang.

"Jangan sampai telat, gitu ya. Kalau kita telat, ya udah, ketinggalan gitu ya. Nanti orang di dunia internasional juga gak akan mau lagi investasi di bidang fosil. Jadi sekarang ini justru yang pas kondisi global untuk kita mempercepat meningkatkan produksi di dalam negeri," kata Djoko dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (11/6/2024).

Menurut Djoko, di tengah kondisi geopolitik global yang saat ini masih tak menentu dan berdampak pada kenaikan harga minyak, maka ini menjadi kesempatan bagi Indonesia mempercepat kegiatan eksplorasi dan pengembangan pengurasan tahap lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk peningkatan produksi di lapangan-lapangan "tua".

"Jadi ini justru dari dalamnya sebetulnya yang kurang gereget dan kurang apa, jadi gemes gitu aja gitu loh. Sementara negara-negara lain seperti tadi di Amerika bisa meningkatkan produksi sampai 6 kali lipat dengan EOR, kan. Begitu pula di China, di negara-negara lain. Tinggal dalam negerinya justru eksternalnya sangat mendukung kita," kata Djoko.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya telah berdiskusi dengan beberapa pakar untuk membahas mengenai nasib target 1 juta barel per hari (bph) pada 2030. Adapun dari diskusi tersebut, target produksi minyak 1 juta barel tersebut kemungkinan akan bergeser dari yang sebelumnya di 2030 ke tahun 2032 atau 2033.

"Kita sih lebih masih ingin cenderung bahwa angka 1 juta kita pakai sebagai milestone untuk menuju ke sana sedangkan tahunnya yang mungkin bergeser 2-3 tahun. Tetap 1 juta barel karena memang kebutuhannya naik cuma waktunya aja yang bergeser," ujar Dwi usai RDP bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Dwi mengatakan review terhadap target 1 juta barel dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal. Mulai dari pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik yang sudah berdampak pada pencapaian produksi di dalam negeri.

"Jadi ketika 2019 kita punya long term plan (LTP). Di 2020 kita masih menghadapi pandemi sehingga kegiatan di lapangan kan terganggu semua itu reason kenapa capaiannya belum seperti yang kita harapkan. Sehingga kita perlu review, kemudian juga kondisi geopolitik sudah sangat mempengaruhi," kata Dwi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Minyak RI Turun Lagi, Ini Kata SKK Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular