Dibandingkan Meksiko, Afsel & Turki, Ini Rapor Utang RI di Era Jokowi

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 10/06/2024 09:00 WIB
Foto: Suasana G20 di India (AFP via Getty Images/MONEY SHARMA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 36,5% per akhir April 2024, karena total utang saat itu Rp 8.338,43 sedangkan PDB Rp 22.830 triliun.

Rasio utang terhadap PDB itu pun masih di bawah batas aman bila merujuk ketentuan dalam Undang-Undang Keuangan Negara yang mematok batas maksimal rasio utangnya sebesar 60% terhadap PDB.

Dibandingkan negara lain, rasio utang Indonesia terhadap PDB itu pun masih jauh lebih rendah selama 10 tahun terakhir, yakni pada periode 2012 sampai dengan 2022. Pada 2012 rasio utang terhadap PDB RI ialah 26,5% dan pada 2022 sebesar 39,7%.


Sedangkan India pada 2012 sudah sebesar 67,1% sedangkan pada 2022 sebesar 86,5%. Lalu, Argentina 43,5% pada 2012 dan melonjak menjadi 86% pada 2022. Brazil juga sudah tembus 51,5% pada 2012 dan rasio utangnya menjadi 72,9% terhadap PDB pada 2022.

Afrika Selatan juga demikian, yakni sudah sebesar 44,1% pada 2012 dan menjadi 67,4% pada 2022, Meksiko dari 36,5% menjadi 50,9%, Turki dari 31,2% menjadi 32,7%, dan Rusia menjadi yang terkecil pada periode itu rasio utang terhadap PDB nya dari 10,5% menjadi 17,2%

Dibanding negara tetangga, rasio utang terhadap PDB Indonesia menjadi yang terkecil, karena Malaysia dari 53% menjadi 60,4%, lalu Filipina dari 49,2% menjadi 60,9%, Thailand 45,7% menjadi 61%, dan Vietnam menjadi satu-satunya yang menyusut dari 41,4% menjadi 37,1%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan rasio utang pemerintah terhadap PDB berbagai negara dalam 10 tahun terakhir itu memang serentak melonjak karena untuk pembangunan.

"Kita lihat hampir G20 semua naik dari sisi debt GDP ratio, even seperti negara Rusia dalam hal itu. Saudi pun juga kenaikan dari utangnya karena mereka ingin membangun," ungkap dia saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR.

Bagi Indonesia pun tren rasio itu ia tegaskan masih sangat aman, sebab ketika melonjak saat masa Pandemi Covid-19 karena ekonomi terhenti dan kebutuhan belanja membengkak, mampu turun seiring pandemi yang juga berangsur berakhir.

"Kalau kita lihat dari sisi rasio utang Indonesia terhadap GDP rasio kita meski dalam situasi syok tahun 2020 yang defisitnya melonjak dari 6,1% tapi kita bisa konsolidasi fiskal dalam waktu yang sangat segera sehingga dari sisi rasio utang kita begitu naik kemudian turun," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR.

Sri Mulyani pun menegaskan, ukurang rasio utang terhadap PDB menjadi fokus yang terus pemerintah lihat setiap periodenya, sebab bagi pemerintah yang terpenting ialah menjaga batas rasio utang tetap di level aman sesuai ketentuan undang-undang.

"Ini sangat diperhatikan sekali dan di-notice sebagai suatu komitmen dari pengelolaan APBN yang baik," tegas Sri Mulyani.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 8 Jurus Sri Mulyani Tembuskan 8%!