
Pelanggaran HAM di AS Tuai Sorotan, Diskriminasi Ras-Kebrutalan Polisi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kantor Informasi Dewan Negara Republik Rakyat Tiongkok merilis laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia di Amerika Serikat pada tahun 2023.
Dalam laporan tersebut diungkap berbagai pelanggaran hak asasi manusia di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Pelanggaran mulai dari diskriminasi ras, etnis, pengekangan kebebasan bersuara, manipulasi hingga perlakuan tidak manusiawi terhadap migran di perbatasan dan lainnya.
Laporan China tersebut menyoroti situasi hak asasi manusia di Amerika Serikat terus memburuk pada tahun 2023. Di Amerika Serikat, hak asasi manusia menjadi semakin terpolarisasi.
"Meskipun kelompok minoritas yang berkuasa memegang dominasi politik, ekonomi, dan sosial, mayoritas masyarakat semakin terpinggirkan, hak-hak dasar dan kebebasan mereka diabaikan," tulis laporan yang dirilis Xinhuanet, dikutip Minggu (9/6/2024).
Menurut laporan tersebut, kekerasan bersenjata meluas, sementara kebijakan pengendalian pemerintah tidak efektif. China menemukan ada setidaknya terdapat 654 penembakan massal di Amerika Serikat pada tahun 2023. Sekitar 43.000 orang terbunuh akibat kekerasan senjata pada tahun 2023, dengan rata-rata 117 kematian per hari.
Hal ini dipicu oleh adanya polarisasi partisan dan kelompok kepentingan yang membuat semakin banyak pemerintah negara bagian yang mengambil inisiatif untuk mendorong undang-undang yang memperluas hak penduduk untuk memiliki dan menggunakan senjata.
"Pada tahun 2023, hanya 27 negara bagian tidak mewajibkan izin untuk membawa pistol," menurut laporan tersebut.
Tak hanya itu, isu rasisme & kebebasan bersuara juga menjadi sorotan dalam laporan ini. Semakin banyak negara bagian yang mengeluarkan undang-undang yang melarang sekolah negeri menggunakan materi dan buku pendidikan yang membahas topik tertentu seperti ras, sejarah, dan gender.
"Jumlah dosen yang dihukum atau dipecat karena berbicara dan berekspresi di kampus-kampus AS telah mencapai angka tertinggi dalam 20 tahun terakhir," ungkap laporan ini.
Lebih lanjut, Kantor Informasi Dewan Negara China menemukan data korban meninggal akibat kebrutalan polisi mencapai rekor tertinggi pada 2023, sehingga sistem akuntabilitas penegakan hukum hampir tidak ada.
"Kebrutalan polisi terus berlanjut dan setidaknya 1.247 kematian disebabkan oleh kekerasan polisi, rata-rata sekitar tiga orang dibunuh oleh petugas setiap hari," tulis laporan HAM ini.
Kolusi juga merajalela. Laporan ini menemukan beberapa pejabat berwenang kerap membebaskan koleganya dari tuduhan daripada menyelidiki kasus pelanggarannya sehingga menyulitkan polisi untuk melakukan pertanggungjawaban, dan lebih dari separuh pembunuhan yang dilakukan polisi secara keliru diberi label sebagai "pembunuhan umum atau bunuh diri" menurut database statistik kematian resmi CDC.
Laporan dari Tiongkok ini menilai permasalahan utama mengenai penahanan massal dan kerja paksa menjadikan negara ini sebagai "negara penjara".
Alhasil, Amerika Serikat adalah rumah bagi 5% populasi dunia, namun juga menampung 25% tahanan dunia, sehingga menjadikannya negara dengan tingkat pemenjaraan tertinggi dan jumlah orang yang dipenjara terbesar secara global.
"Penjara memaksa narapidana untuk bekerja dengan upah rendah atau tanpa bayaran, tanpa tunjangan, sambil menghasilkan barang dan jasa senilai miliaran dolar setiap tahunnya," ungkap laporan China ini.
Politik, Kemiskinan & Diskriminasi Gender
Laporan Kantor Informasi Dewan Negara Republik Rakyat Tiongkok menemukan kenyataan bahwa masyarakat di Amerika Serikat sangat kecewa dengan pemerintah federal dan politik di semua tingkatan. Secara mengejutkan, 76% warga Amerika percaya bahwa negara mereka berada di arah yang salah.
"Etnis minoritas di AS menghadapi diskriminasi rasial yang sistematis, seiring dengan masih adanya penyakit kronis rasisme," tulis laporan ini.
Orang Amerika keturunan Afrika tiga kali lebih mungkin dibunuh oleh polisi dibandingkan orang kulit putih, dan 4,5 kali lebih mungkin dipenjara. Hampir tiga perempat warga Amerika keturunan China pernah mengalami diskriminasi rasial dalam satu tahun terakhir, dan 55 persen khawatir bahwa kejahatan rasial atau pelecehan akan membahayakan keselamatan pribadi mereka.
Penduduk asli Amerika terus-menerus hidup dalam penindasan budaya, dengan keyakinan agama dan praktik tradisional mereka yang dikekang dengan kejam. Ideologi rasis menyebar dengan ganas di Amerika Serikat dan menyebar ke seluruh negara bagian.
Meningkatnya kesenjangan ekonomi dan sosial membuat kehidupan masyarakat miskin semakin sulit.
Ternyata, Amerika Serikat menolak meratifikasi Kovenan (Hukum) Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Kesenjangan kekayaan telah mencapai rekor tertinggi sejak Depresi Besar tahun 1929 yang dirancang secara sistematis untuk mengeksploitasi masyarakat miskin, mensubsidi masyarakat kaya, dan memisahkan kelas-kelas.
"Pekerja miskin" yang terjebak dalam kemiskinan struktural tidak mempunyai kesempatan yang sama dan sulit untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Jumlah tunawisma di Amerika Serikat melebihi 650.000, yang merupakan angka tertinggi sejak pelaporan dimulai pada tahun 2007. Penyalahgunaan obat-obatan dan obat-obatan terus merajalela. Tingkat bunuh diri pun terus meningkat.
"AS belum meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, dan masih menjadi satu-satunya negara anggota PBB yang belum meratifikasi Konvensi Hak Anak. Konstitusi AS tidak melarang diskriminasi berbasis gender. Ini juga merupakan satu-satunya negara di dunia yang menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada anak-anak tanpa pembebasan bersyarat," ungkap laporan ini.
Tidak hanya itu, jumlah orang yang meninggal akibat kehamilan di Amerika meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Lebih dari 2,2 juta wanita usia subur di AS tidak memiliki akses terhadap perawatan obstetri. Setidaknya 21 negara bagian di Amerika Serikat melarang atau sangat membatasi aborsi, dimana sebagian besar aborsi yang aman tidak tersedia.
"Diskriminasi kehamilan juga tersebar luas, dan memaksa hampir 54.000 perempuan di Amerika Serikat meninggalkan pekerjaan mereka setiap tahun," tulis laporan ini.
Lebih lanjut, hal yang mengejutkan, jutaan anak telah dikecualikan dari program asuransi kesehatan Medicaid pemerintah federal. Ribuan anak asuh hilang setiap tahunnya. Audit menemukan bahwa lembaga-lembaga negara gagal melaporkan sekitar 34.800 kasus hilangnya anak asuh di 46 negara bagian.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap! BUMI Dipilih Sebagai Top ESG Rating & Contoh Implementasi HAM
