
Raksasa Migas Rusia Janji Tinggalkan Blok Gas RI Tahun Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan proses divestasi, Zarubezhneft di Blok Tuna yang berada di Laut Natuna Utara tuntas tahun ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa perusahaan asal Rusia tersebut berjanji akan segera merampungkan proses divestasi di Blok Tuna. Hal tersebut menyusul tersendatnya proyek karena adanya sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris.
"ZN (anak usaha Zarubezhneft) sudah janji tahun ini dia bisa menyelesaikan divestasi," ujar Dwi ditemui usai Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, dikutip Jumat (7/6/2024).
Meski demikian, sembari proses divestasi berlangsung, Harbour Energy selaku operator proyek sudah melakukan pekerjaan FEED (Front End Engineering Design) dan beberapa proses pengadaan barang.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan proses pencarian operator pengganti Zarubezhneft di Blok Tuna yang berada di Laut Natuna Utara, sebelah perbatasan Indonesia-Vietnam masih berlangsung.
Koordinator Pokja Pengembangan WK Migas Konvensional Maruf Affandi mengatakan saat ini operator Blok Tuna yakni Harbour Energy masih dalam proses pencarian partner melalui pembukaan data room di Blok Tuna. Adapun dari proses tersebut diketahui banyak para calon mitra yang tertarik masuk menggantikan Zarubezhneft.
"Proses ini terus berjalan. Kami update beberapa calon mitra yang mau masuk baik dari lokal maksud kami dari perusahaan Indonesia atau luar negeri," kata dia dalam Konferensi Pers, Selasa (16/1/2024).
Sebagaimana diketahui, Blok Tuna sendiri dioperatori oleh perusahaan asal Inggris Harbour Energy melalui Premier Oil Tuna B.V. Sementara Zarubezhneft sendiri merupakan perusahaan migas milik pemerintah Rusia yang memegang hak partisipasi sebesar 50% di Blok Tuna melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.
Ia pun berharap proses peralihan hak partisipasi Zarubezhneft di Blok Tuna dapat segera tuntas pada pertengahan tahun ini. Dengan demikian, wilayah kerja yang mengandung gas tersebut dapat segera berproduksi. "Berharap di mid years bisa ditunjuk pengganti perusahaan Rusia tersebut," ujarnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pantas Ganjar Seret Isu Migas Natuna di Debat, Ternyata Incaran Dunia!