Sri Mulyani Soroti Sederet Risiko yang Hantui Investasi RI di 2025
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan investasi pada tahun 2025 akan tumbuh pada kisaran 5,2% hingga 5,9% year on year (yoy). Hal ini diungkapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (4/6/2024).
Sejalan dengan proyeksi ini, Sri Mulyani mengingatkan sejumlah risiko yang akan menghantui investasi Indonesia di tahun pertama pemerintahan Prabowo dan Gibran.
Pertama, kinerja investasi tersebut akan dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga global higher for longer atau suku bunga tinggi akan ditahan lebih lama. Kedua, ketegangan geopolitik yang dapat menimbulkan fragmentasi investasi dan perdagangan. Terakhir adalah perubahan iklim.
"Potensi disrupsi termasuk climate tentu akan pengaruhi aktivitas investasi pada 2025 yang menurut kami pertumbuhannya ada pada 5,2-5,9%," katanya dalam Rapat Paripuna, dikutip Rabu (5/6/2024).
Dalam kesempatan terpisah, Sri Mulyani mengungkapkan risiko perang dagang saat ini tidak main-main karena eskalasinya sangat luar biasa.
"Dilihat dari restriksi dagang, yang dilakukan atau diberlakukan antar negara, antara blok di Amerika dan RRT," kata Sri Mulyani dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar), Selasa (4/6/2024).
Pada 2019, kata Sri Mulyani ada 982 restriksi perdagangan baru yang muncul. Jumlahnya bertambah menjadi 2.491 restriksi pada 2022. Kemudian, restriksi perdagangan bertambah lagi menjadi 3.000 restriksi yang diberlakukan. Salah satu contohnya, pemberlakukan tarif bagi mobil listrik (Electric Vehicle) asal China oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
"Dan nilainya enggak kaleng-kaleng, kalau seperti tarif yang diberlakukan oleh pemerintah Biden ke produk Electric Vehicle, China itu 4 kali lipatnya artinya mencapai 100%," ungkapnya.
Tentu saja, kondisi ini menimbulkan disrupsi. Di sisi lain, dunia juga mengakomodir industrial policy. Jika dulu hal ini menjadi tabu, Sri Mulyani mengatakan praktik ini sekarang normal.
"Negara memberlakukan industrial policy untuk men-secure (mengamankan) ekonomi dan industrinya masing-masing," kata Sri Mulyani.
(haa/haa)