Internasional

Wilayah Ini Terancam Jadi 'Atlantis' Baru, Warga Dievakuasi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 June 2024 10:00
Bangunan menutupi Pulau Gardi Sugdub, bagian dari kepulauan San Blas di lepas pantai Karibia Panama, Sabtu, 25 Mei 2024. (AP Photo/Matias Delacroix)
Foto: Bangunan menutupi Pulau Gardi Sugdub, bagian dari kepulauan San Blas di lepas pantai Karibia Panama, Sabtu, 25 Mei 2024. (AP/Matias Delacroix)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena yang terjadi karena perubahan iklim terus menerus muncul. Salah satunya adalah kenaikan muka air laut, yang mengancam pemukiman di pesisir, menjadikannya calon 'atlantis' baru.

Terbaru, kenaikan muka air laut telah mengancam keberadaan pulau pemukiman yang bernama Gardi Sugdub di Panama. Kondisi ini membuat 300 keluarga yang tinggal di pulau itu harus menghadapi ancaman evakuasi di tahun-tahun mendatang.

"Kami sedikit sedih, karena kami akan meninggalkan rumah-rumah yang telah kami kenal sepanjang hidup kami, hubungannya dengan laut, tempat kami memancing, tempat kami mandi dan tempat para turis datang, namun lautnya semakin tenggelam. pulau ini sedikit demi sedikit," kata seorang warga Gardi Sugdub bernama Nadín Morales kepada Associated Press (AP), Senin (3/6/2024).

Seorang pejabat di Kementerian Perumahan Panama mengatakan bahwa beberapa orang telah memutuskan untuk tinggal di pulau itu sampai keadaan tidak aman lagi. Ia menyebut pihak berwenang sendiri tidak akan memaksa para warga untuk pergi.

Gardi Sugdub merupakan salah satu dari sekitar 50 pulau berpenduduk di kepulauan wilayah Guna Yala. Panjangnya sekitar 366 meter dan lebarnya 137 meter. Dari atas, bentuknya kira-kira mirip oval yang dikelilingi puluhan dermaga pendek tempat warga mengikat perahu mereka.

Setiap tahun, terutama saat angin kencang menerpa laut pada bulan November dan Desember, air memenuhi jalan Gardi Sugdub dan masuk ke rumah-rumah warga. Suku Guna, yang menjadi penduduk asli pulau itu, telah mencoba memperkuat tepian pulau dengan bebatuan, tiang pancang, dan koral, namun air laut terus mengalir.

"Akhir-akhir ini, saya melihat perubahan iklim berdampak besar. Sekarang air pasang mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan panasnya tidak tertahankan," tambah Nadín.

Dua dekade lalu, Pemerintahan otonom suku Guna mempertimbangkan untuk adanya evakuasi di pulau Gardi Sugdub. Mereka juga telah mengembangkan sebuah kawasan perumahan di daratan yang menelan biaya US$ 12 juta (Rp 195 miliar).

Namun memindahkan warga ke daratan masih menghadapi kendala. Seorang warga Gardi Sugdub lainnya, Evelio López, mengatakan masyarakat pulau itu masih terbiasa untuk melakukan aktivitas ekonomi yang berbasis pada kebudayaan mereka yang dekat dengan laut.

"Meninggalkan laut, aktivitas ekonomi yang kami lakukan di pulau itu, dan sekarang kami akan berada di tanah yang kokoh, di dalam hutan. Kita akan melihat hasilnya dalam jangka panjang," ujarnya.

Direktur program pemantauan fisik Smithsonian Institution di Panama, Steve Paton, mengatakan fenomena ini menjadi bukti bahwa perubahan iklim itu nyata. Ia menjelaskan bahwa kejadian ini juga terjadi di beberapa pemukiman pesisir di dunia.

"Pulau-pulau tersebut rata-rata hanya berada setengah meter di atas permukaan laut, dan seiring dengan kenaikan permukaan laut, cepat atau lambat suku Guna hampir pasti harus meninggalkan semua pulau tersebut pada akhir abad ini atau lebih awal," terangnya.

Pemindahan ini bukanlah yang pertama kali terjadi di dunia. Penduduk komunitas pesisir di Meksiko pindah ke pedalaman tahun lalu setelah badai terus merenggut rumah mereka. Pemerintah juga dipaksa untuk mengambil tindakan bagi para warga yang terdampak, mulai dari di Venesia, Italia hingga komunitas pesisir Selandia Baru.

Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh direktorat Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Panama, dengan dukungan dari universitas-universitas di Panama dan Spanyol, memperkirakan bahwa pada tahun 2050, Panama akan kehilangan sekitar 2,01% wilayah pesisirnya akibat kenaikan permukaan laut.

"Panama memperkirakan dibutuhkan biaya sekitar US$ 1,2 miliar (Rp 19,5 triliun) untuk merelokasi 38.000 atau lebih penduduk yang akan menghadapi kenaikan permukaan air laut dalam jangka pendek dan menengah," kata direktur perubahan iklim di Kementerian Lingkungan Hidup Ligia Castro.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pulau di Panama Terancam Jadi 'Atlantis' Baru, Warga Dievakuasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular