Negara Amerika Ngamuk ke Israel, Tarik Dubes-Demo Kedutaan
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara di Benua Amerika terus mengalamatkan kecaman kepada Israel. Ini dilakukan setelah Negeri Yahudi terus melancarkan serangan di wilayah Gaza, Palestina, di mana yang terbaru Israel menyerang sebuah kamp pengungsi di wilayah Rafah.
Presiden Brasil Lula Inacio Lula da Silva pada Rabu (29/5/2024) menarik duta besar negaranya untuk Israel, Frederico Meyer, setelah berbulan-bulan terjadi ketegangan antara kedua negara terkait perang Israel di Gaza. Meyer akan dipindahkan ke Jenewa sebagai perwakilan khusus Lula di PBB dan forum internasional lainnya.
Saat ini, kedutaan Brasil di Tel Aviv akan dijalankan oleh kuasa usaha negara Amerika Latin tersebut, tanpa duta besar hingga pemberitahuan lebih lanjut. Brazil juga tidak menjelaskan kembali apakah pihaknya akan segera mengirim duta besar.
"Setiap penunjukan duta besar baru Brasil untuk Israel akan diumumkan pada waktunya melalui siaran pers. Untuk saat ini, Kedutaan Besar Brasil di Tel Aviv terus berfungsi di bawah kepemimpinan kuasa usaha," kata Kementerian Luar Negeri Brasil dikutip Associated Press.
Manuver ini dilakukan saat Negeri Samba sedang dalam hubungan yang memanas dengan Israel. Februari lalu, Presiden Lula mengatakan hal ini sama dengan apa yang dilakukan Hitler dengan membunuh orang-orang Yahudi sama dengan tindakan Israel yang terus menyerang Gaza dan warga sipil di wilayah Palestina itu.
Lula juga menunda penandatanganan kontrak dengan perusahaan Israel Elbit Systems untuk pembelian 36 kendaraan lapis baja yang dilengkapi dengan howitzer 155 mm. Ini dilakukannya di tengah tekanan dari organisasi hak asasi manusia dan tokoh politik yang mendorong penghentian hubungan apapun dengan Israel.
Tindakan Brasil ini juga mendapatkan dukungan dari negara lain di Amerika Latin, terutama dari Presiden Kolombia Gustavo Petro, yang memutuskan hubungan dengan Israel. Baik Brasil maupun Kolombia mendukung pengaduan Afrika Selatan terhadap Israel di hadapan Mahkamah Internasional di Den Haag, dan menuduh serangan Gaza merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Sementara itu, tekanan terbaru terhadap Israel juga dilakukan negara Benua Amerika lainnya, Meksiko. Pada Rabu, sekitar 200 orang yang menamakan aksinya 'Aksi Mendesak untuk Rafah' menggelar demo di depan Kedutaan Israel di Mexico City.
Protes tersebut dipicu oleh kejahatan Israel yang dilakukan pada malam tanggal 26 Mei, ketika pasukan Tel Aviv mengebom tenda-tenda mereka yang didirikan di gudang UNRWA di Rafah. Lebih dari 50 warga Palestina tewas dan banyak lainnya terluka akibat kejadian ini.
Pada 28 Mei, Meksiko menggunakan Pasal 63 undang-undang Mahkamah Internasional (ICJ) dan mengajukan deklarasi intervensi dalam kasus Kejahatan Genosida di Jalur Gaza yang sebelumnya diajukan Afrika Selatan. Negara Salsa itu mengatakan bahwa pihaknya akan menyelidiki penghalangan akses bantuan yang diduga dilakukan Israel.
"Kami berusaha melakukan intervensi, untuk memberikan pandangannya mengenai potensi konstruksi isi ketentuan Konvensi yang relevan dengan kasus ini," kata Pemerintah Meksiko.
Sebagai negara penandatangan Konvensi Genosida, Meksiko mempunyai hak untuk melakukan intervensi dalam kasus-kasus yang membahas penafsiran perjanjian tersebut.
"Penghalangan yang disengaja terhadap akses terhadap bantuan kemanusiaan dan penghancuran warisan budaya sebagai elemen yang harus dipertimbangkan dalam kasus ini," tambahnya.
Langkah ini sendiri menarik lebih banyak intervensi Meksiko dalam perang Israel-Gaza. Sebelumnya, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador seringkali hanya memberikan tanggapan yang lebih netral terhadap perang Israel-Gaza dibandingkan para pemimpin Amerika Latin lainnya.
Setelah serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, Kementerian Luar Negeri Meksiko mengeluarkan pernyataan yang mengecam milisi Gaza Hamas, dengan mengatakan "setiap tindakan teroris" adalah "ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional".
Keesokan harinya, Lopez Obrador mengambil pendekatan yang berbeda. Menurutnya, kekerasan tidak dapat digunakan dalam menyelesaikan konflik
"Kami tidak percaya kekerasan harus digunakan. Kami tidak menginginkan perang, kami tidak menginginkan konfrontasi, kami tidak menginginkan kekerasan," ujarnya dikutip National News.
Kritikus dari pihak pro-Palestina dan pro-Israel bahkan sempat engecam keengganan Lopez Obrador untuk mengambil sikap, meskipun Meksiko memiliki dedikasi historis terhadap netralitas dalam isu-isu global.
Kritikus pro-Israel menunjukkan kegagalannya mengambil tindakan nyata setelah warga negara Meksiko Orion Hernandez Radoux disandera oleh Hamas. Jenazahnya ditemukan pekan lalu oleh pasukan Israel di Gaza.
(luc/luc)