
All Eyes on Rafah: 36.000 Orang Tewas Karena Keganasan Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Israel ke daerah Rafah terus dilancarkan sejak Senin (6/5/2024). Hal ini semakin memperpanjang kebrutalan Israel atas Palestina.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 45 orang tewas ketika kobaran api melanda sebuah kamp pengungsi akibat serangan Israel pada Minggu (26/5/2024) termasuk 23 wanita, anak-anak dan orang lanjut usia.
Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Washington tidak percaya bahwa tindakan Israel di Rafah merupakan operasi skala penuh yang akan melanggar "garis merah" Biden.
Biden sebelumnya mengatakan dia tidak akan mendukung serangan besar-besaran militer Israel di Rafah, tempat satu juta warga sipil telah melarikan diri, dan awal bulan ini menghentikan pengiriman bom berat ke Israel karena kekhawatiran bom tersebut dapat digunakan untuk menyerang kota Gaza selatan.
Hingga saat ini, serangan ke Rafah masih terus dilancarkan Israel. Meski ada seruan menghentikan operasi dari Pengadilan Internasional PBB (ICJ) sejak Jumat lalu, namun kabinet Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu masih menyerang wilayah pengungsi terakhir Gaza tersebut.
Demonstrasi pun terjadi di sejumlah kedutaan besar Israel di banyak negara untuk meminta perang dihentikan. Pernyataan mengejutkan menyindir PBB juga muncul dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut "mati-nya" semangat lembaga tersebut.
Kebrutalan Israel membombardir Palestina di berbagai wilayah berdampak besar kepada Palestina.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 36.171 orang telah tewas di wilayah tersebut selama lebih dari tujuh bulan perang antara Israel dan militan Palestina.
Jumlah tersebut mencakup sedikitnya 75 orang tewas dalam 24 jam terakhir. Setidaknya 81.420 orang terluka di Jalur Gaza di waktu yang sama. Lebih lanjut, tak kurang dari 1 juta orang telah meninggalkan Rafah sejak 6 Mei.
Nasib pilu warga Palestina juga tercermin dari susahnya mereka mendapatkan layanan kesehatan hingga banyaknya anak-anak yang terancam mengalami disabilitas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)