Alih-Alih Dipangkas, Konsumsi LPG 3 Kg Tahun Depan Diramal Melejit

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
30 May 2024 18:40
Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi tabung 3 kilogram (kg) di pangkalan resmi LPG 3 kg Pertamina di Kawasan Jakarta, Selasa (2/1/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi tabung 3 kilogram (kg) di pangkalan resmi LPG 3 kg Pertamina di Kawasan Jakarta, Selasa (2/1/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan proyeksi konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi atau Public Service Obligation (PSO) 3 kilo gram (kg) pada 2025 mendatang akan melonjak hingga 8,17 juta ton.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyebut, perkiraan konsumsi LPG 3 kg pada 2025 tersebut akan meningkat dari kuota penyaluran LPG bersubsidi tahun ini sebesar 8,03 juta ton.

"Melalui Surat Dirjen Migas kepada Dirjen Anggaran tanggal 16 Februari 2024, maka diproyeksikan kebutuhan LPG 3 kg untuk 2025 adalah 8,17 juta ton," jelas Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (30/5/2024).

Dia menjelaskan, perkiraan peningkatan konsumsi LPG 3 kg pada tahun depan dengan memperhitungkan tren kenaikan konsumsi LPG 3 kg sejak 2019 lalu.

"Tren realisasi LPG tabung 3 kg terlihat pada grafik yaitu 2019-2022 rata-rata naik 4,5% per tahun. Kemudian, untuk 2022 ke 2023 sebesar 3,2% per tahun," ujarnya.

Tak hanya itu, konsumsi LPG hingga akhir tahun ini bahkan diperkirakan juga akan melonjak melebihi kuota. Pihaknya memperkirakan konsumsi LPG 3 kg sampai akhir 2024 ini bisa mencapai 8,12 juta ton, di atas kuota tahun ini sebesar 8,03 juta ton.

"Sehingga proyeksi kami untuk outlook sampe 2024 adalah sebesar 8,12 juta ton, sedikit lebih dari yang sudah ditetapkan dalam APBN," bebernya.

Hal itu menurutnya karena realisasi konsumsi LPG 3 kg hingga akhir April 2024 sudah mencapai 33,38% dari kuota yang ditetapkan tahun ini.

"Realisasi sampai 30 April 2024 sebesar 2,68 juta ton atau 33,38% dari kuota. Saya kira ini kalau bicara dari sisi waktu sampai April itu sepertiganya dari setahun dan ini kita juga realisasi persis di angka 1/3," tandasnya.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan subsidi dan kompensasi energi pada 2025 bisa terpangkas hingga Rp 67,1 triliun. Hal tersebut bisa tercapai bila transformasi subsidi dan kompensasi energi dijalankan dalam jangka pendek atau pada 2025 mendatang. Mulai dari pengendalian subsidi LPG 3 kilo gram (kg), penerapan tariff adjustment untuk pelanggan listrik non subsidi golongan rumah tangga kaya (3.500 VA ke atas) dan golongan pemerintah, dan pengendalian subsidi dan kompensasi atas BBM Solar dan Pertalite.

Konsumsi BBM Solar dan Pertalite diharapkan dapat berkeadilan dengan pengendalian kategori konsumen. Volume konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, yakni Solar dan Pertalite, dikurangi sebesar 17,8 juta kilo liter (kl).

Hal itu tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal tahun 2025.

"Keseluruhan simulasi reformasi subsidi dan kompensasi energi ini diproyeksikan akan menghasilkan efisiensi anggaran sebesar Rp 67,1 triliun per tahun," tulis dokumen Kerangka Ekonomi Makro tersebut, dikutip Rabu (22/5/2024).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakai Pengganti LPG, RI Bisa Hemat Rp 1 Triliun/Tahun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular