Tahun 2035 Listrik Jawa-Bali Gak Lagi Over Suplai, RI Butuh Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi bahwa pada 2035 mendatang sistem kelistrikan Jawa-Bali tidak akan lagi mengalami kondisi oversupply. Sebaliknya, permintaan listrik di pulau Jawa justru bakal tumbuh pesat pada 2028 mendatang.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan untuk mengakomodir permintaan listrik tersebut, maka dibutuhkan pembangunan transmisi yang menghubungkan Jawa-Sumatera.
Pembangunan transmisi ditujukan untuk menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan listrik yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) selepas PLTU Cirebon-1 dipensiunkan pada 2035. Sebab, keberadaan sumber EBT kebanyakan berada di luar Jawa sedangkan pusat permintaan listrik ada di Jawa.
"Nanti kalau nggak salah 2028 itu Jawa-Bali mulai lampu kuning. Tapi kalau dilihat dari Cirebon-1, itu angkanya tuh 2035 masalahnya. 2035 down gitu. Nah, kalau 2035 down itu kondisi kita sudah nggak oversupply Jawa-Balinya. Malah justru kita perlu penggantinya," kata Eniya saat ditemui usai acara Green Economic Forum 2024, dikutip Kamis (30/5/2024).
Semula, Eniya memprediksi bahwa beberapa wilayah di Indonesia dalam 2 tahun ke depan akan mengalami kekurangan pasokan listrik seiring dengan ekonomi yang mulai bertumbuh.
Ia mengatakan setelah pandemi Covid-19 usai, permintaan akan pasokan listrik di beberapa wilayah mulai menggeliat. Misalnya saja seperti yang terjadi di wilayah Sulawesi dan Kalimantan.
"Kita rasakan setelah covid, industri mulai bergerak, pemakaian listrik tumbuh. Bahkan kita prediksi 2 tahun lagi Sulawesi sebagian Kalimantan defisit listrik," kata Eniya," ujarnya.
Sementara itu, untuk wilayah Jawa-Bali dalam tiga tahun ke depan sudah menunjukkan lampu kuning. Ini dapat terlihat dari aktivitas industri yang mulai tumbuh dan membuat pemakaian listrik terkerek naik.
"Terlihat pertumbuhan industri naik, dan konsumsi listrik kita kebanyakan dipakai untuk konsumtif, hanya isi daya HP, ini mulai shifting untuk produksi. Jadi dia buat industri manufaktur misalnya katering, bukan menggunakan gas tapi listrik," kata dia.
Eniya menyadari konsumsi listrik Indonesia per tahun saat ini 1.000 kWh per kapita. Sementara konsumsi listrik negara maju bisa tujuh kali lipat dari Indonesia. "Jadi sangat kecil tapi negara maju itu 7 kali lipat, seperti Jepang, AS, Eropa, sekitar 7000-8000. Ini harus ditingkatkan," kata dia.
(pgr/pgr)