Pengusaha Wanti-wanti! RI dari Raja CPO Bisa Jadi Importir, Kok Bisa?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Senin, 27/05/2024 18:45 WIB
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto memiliki ambisi untuk menjalankan program Biodiesel dengan kandungan 100% atau B100. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung menilai itu bisa terjadi jika pemerintah menata ulang regulasi dalam lahan sawit di area hutan.

Jika tidak, maka risikonya Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia bisa kekurangan stok dan akhirnya menjadi importir. Padahal, RI merupakan produsen CPO nomor satu di dunia.


Berdasarkan data GAPKI, sepanjang 2022, Indonesia telah mengekspor 33,674 juta ton CPO dan produk turunannya. Adapun rinciannya, yakni 2,482 juta ton dalam bentuk CPO dan 25,482 juta ton dalam bentuk olahan CPO.

"Kalau nggak diperbaiki kebun sawit rakyat, Indonesia bisa jadi importir CPO. Kita negara pemakai CPO terbesar di dunia, kalau nggak diperbaiki 5 tahun ke depan kita importir CPO, percayalah ini bukan hoax sekarang aja kita mau minus, naik ke B40 nambah 1,6 juta ton, itu asumsi nggak ada penambahan konsumsi," ungkap Gulat kepada CNBC Indonesia di kantor Ombudsman, Senin (27/5/2024).

Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Angka tersebut dengan asumsi kebutuhan solar, pangan, dan industri oleokimia sama. Apabila dinaikkan menjadi B50, kebutuhan CPO untuk bahan bakar akan tambah menjadi 3,25 juta ton.

Padahal ketika program B35 berjalan kebutuhan sawit juga tinggi yakni fame sawit sebesar 11,5 juta ton, CPO 11,37 juta ton sawit, dan kebutuhan domestik sektor pangan sebesar 10,3 juta ton dan sektor industri oleokimia sebesar 2,2 juta ton per tahun.

Meski demikian, Gulat menilai program B50 bisa berjalan asal regulasi yang ada bisa mendukung.

"KLHK harus ditata ulang pemikiran tentang kawasan hutan yang sudah ngga berhutan, karena kalau dipaksakan itu kawasan hutan berarti 2,8 juta ha kita kehilangan perkebunan sawit yang diklaim dalam kawasan hutan. 2,8 juta ha akan menghilangkan 12 juta ton CPO atau Rp 136 triliun 5 tahun ke depan dari hari ini. Pak Prabowo sedang semangatnya B35, B40, B50. Kita bisa jadi importir CPO kalau kita ngga perbaiki ini," kata Gulat.


(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tarif Ekspor Naik, Emiten CPO Makin Terjepit?