Bukan La Nina, Kepala BMKG "Ingatkan" Jokowi Ancaman Petaka Intai RI

Damiana, CNBC Indonesia
27 May 2024 18:10
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers pada Minggu (28/4/2024) mengenai gempa bumi tektonik dengan Magnitudo 6.2 yang mengguncang Garut, Jawa Barat. (Tangkapan Layar Youtube Info BMKG)
Foto: Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers pada Minggu (28/4/2024) mengenai gempa bumi tektonik dengan Magnitudo 6.2 yang mengguncang Garut, Jawa Barat. (Tangkapan Layar Youtube Info BMKG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengeluarkan peringatan terbaru. Namun, kali ini, bukan mengenai kapan La Nina menghantam Indonesia dan dampaknya.

Dikabarkan, Dwikorita mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait potensi kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Dalam surat tersebut, dia meminta pemerintah memberikan perhatian khusus akan potensi terjadinya hotspot serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Melansir CNN Indonesia, Dwikorita menyampaikan kepada Presiden, saat ini sebagian wilayah di Indonesia mengalami kondisi kering. Terutama yang lokasinya ada di bagian selatan khatulistiwa (ekuator).

Berdasarkan analisis Hari Tanpa Hujan (HTH), sebutnya, mayoritas wilayah di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami HTH sepanjang 21-30 hari atau lebih panjang.

Selain itu, sebanyak 19% dari zona musim (ZOM) sudah masuk musim kemarau. Diprediksi, sebagian besar wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara segera menyusul memasuki musim kemarau dalam 3 dasarian ke depan.

"Analisis curah hujan dan analisis sifat hujan untuk 3 dasarian terakhir juga menunjukkan bahwa kondisi kering sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, khususnya di bagian selatan Khatulistiwa," demikian bunyi surat Dwikorita tersebut, dikutip dari CNN Indonesia, Senin (27/5/2024).

"Prediksi curah hujan wilayah Indonesia dan prediksi sifat hujan menyatakan bahwa kondisi kekeringan saat musim kemarau akan mendominasi wilayah Indonesia sampai akhir bulan September," tambahnya.

Dia memaparkan, hasil monitoring satelit menunjukkan kemunculan beberapa titik panas atau hotspot awal pada daerah-daerah rawan karhutla.

"Untuk itu diperlukan perhatian khusus untuk potensi terjadinya hotspot dan karhutla perlu diwaspadai untuk daerah-daerah yang memiliki resiko menengah dan tinggi," ujarnya.

"Daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah dengan kategori kurang dari 50 mm per bulan perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mitigasi dampak kekeringan," lanjutnya mengingatkan.

Lalu kapan puncak musim kemarau di Indonesia?

Disebutkan, secara umum awal musim kemarau dimulai secara tak bersamaan di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksi memasuki musim kemarau pada bulan April hingga Juni 2024, yakni di sebagian Besar Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Timur.

Kemudian di sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua dan Papua Selatan.

"Puncak musim kemarau umumnya akan terjadi pada bulan Agustus 2024 yaitu meliputi sebagian Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku dan sebagian besar Pulau Papua," kata Dwikorita.

Apakah La Nina akan menghantam RI?

Fenomena La Nina diprediksi bakal menghantam Indonesia pada saat musim kemarau terjadi. Pada saat terjadi La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya.

Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

La Nina merupakan salah satu fase El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Mengutip situs resmi BMKG, ENSO menunjukkan anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya. Disebutkan, iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.

Namun, Dwikorita mengaku belum dapat memastikan apakah betul akan terjadi La Nina atau tidak. Karena masih diperlukan data monitoring terhadap suhu muka air laut di wilayah perairan Indonesia, dan juga suhu muka air laut di samudera pasifik.

"Jadi pada akhir Maret yang lalu BMKG sudah mengeluarkan prakiraan musim, diprediksi musim kemarau mulai secara bertahap, tidak seketika. Mulai bulan April sebagian kecil wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau, dan seterusnya hingga akhirnya Juni nanti sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki ke musim kemarau, di mana puncaknya di bulan Juli atau Agustus," jelas Dwikorita dalam Konferensi Pers World Water Forum ke-10 di Badung, Bali, Kamis (23/5/2024).

"Kami masih terus mengumpulkan data, akan mulai terjadi La Nina. Jadi bukan kering malah, tapi itu belum bisa disimpulkan dengan pasti, masih membutuhkan data monitoring terhadap suhu muka air laut di wilayah perairan Indonesia dan juga suhu muka air laut di Samudera Pasifik," pungkasnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bak Roller Coaster, Ada Fenomena Cuaca Baru yang Diramal BMKG di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular