
Bos Pertamina Ungkap RI Bisa Setop Impor Bensin, Gimana Caranya?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) terus berupaya mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) dan mulai beralih ke energi alternatif. Salah satunya yakni melalui pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN)
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan upaya mengurangi impor BBM dilakukan dengan meningkatkan ketahanan energi, keterjangkauan energi, aksesibilitas energi, hingga keberlanjutan energi. Misalnya bisa melalui pengembangan program bioenergi seperti biodiesel, biogasoline, dan bioavtur.
"Kami yakin masih banyak potensi keberlanjutan di Indonesia, kami dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, bio gasoline, bahan bakar penerbangan berkelanjutan, dan juga carbon offsetting seperti natural base solution dan CCUS," ujar Nicke dikutip Rabu (22/5/2024).
Saat ini Pertamina mendorong penggunaan bahan bakar berbasis nabati untuk jenis bahan bakar diesel melalui pencampuran antara BBM dengan bahan bakar basis sawit sebesar 35% (B35). Adapun pencampuran olahan sawit dengan BBM tersebut akan terus dikembangkan hingga B60.
"Salah satu program prioritas kami adalah biofuel. Kami mulai dengan B35 saat ini dan kami akan menambahkan pencampuran hingga B60. Dan dari B25 sebenarnya kita sudah mengurangi emisi karbon sekitar 32,7 juta ton CO2 per tahun jadi kita akan tambah lagi hingga B60 sesuai dengan kebijakan energi nasional," jelasnya.
Untuk jenis biogasoline, pihaknya saat tengah mengembangkan campuran bioetanol atau bahan bakar basis tetes tebu (molase) dengan BBM. Saat ini, perusahaan telah menjual secara komersial BBM dengan campuran bioetanol sebesar 5% (E5) yakni pada produk BBM Pertamax Green 95.
Kelak, bioetanol akan mencapai E40 atau pencampuran hingga 40% pada BBM. "Bioetanol, sekarang kita mulai dari bahan bakar non subsidi dengan nama E5 dan E7 Pertamax Green 92 dan 94 dan kita akan tambahkan blendingnya hingga E40 untuk semua bahan bakar," bebernya.
Selain itu, pihaknya juga saat ini sudah mulai memproduksi bahan bakar penerbangan melalui SAF (Sustainable Aviation Fuel) dengan mencampurkan bioavtur basis sawit sebesar 2,4% pada bahan bakar pesawat.
"Hal ini juga mematuhi kebijakan energi nasional dan kami akan memproduksi dan sudah mulai memproduksi SAF dengan 2,4% pencampuran CPO dengan bensin dan juga avtur kami," tandasnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Pertamina Ungkap 2 Misi Besar di Tahun 2024, Apa Itu?
