
Masalah 10 Juta Gen Z Nganggur Jadi 'Pikiran' Menteri-Menteri Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) di Indonesia.
Permasalahan ini menjadi sorotan dari berbagai pihak termasuk, menteri-menteri Kabinet Kerja Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pemerintah saat ini akan terus mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini.
"Ya tentu kita carikan solusi," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, dikutip Selasa (21/5/2024).
Meski dia juga enggan membeberkan apa upaya yang akan dilakukan pemerintah supaya generasi 10 juta generasi muda itu bisa kembali berproduktif. "Ya nanti kita carikan solusi," kata Airlangga.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah buka suara terkait persoalan ini. Menurut Ida, penyebab utama tingginya angka pengangguran pada kelompok tersebut adalah mereka yang masih mencari dan belum kunjung mendapat pekerjaan.
"Memang kalau dilihat dari data, pengangguran terbuka kita ini didominasi oleh anak usia 18 sampai 24 tahun. Itu biasanya mereka yang lebih banyak pengangguran karena sedang mencari pekerjaan," ungkapnya di DPR.
Generasi Z di Indonesia yang menganggur adalah mereka yang baru saja lulus sekolah dan tidak terikat dengan pendidikan apapun. Secara rinci, ia menyebut bahwa pengangguran berusia 18 tahun adalah lulusan SMA/SMK, sementara yang berusia 24 tahun adalah lulusan S1/D4 dari perguruan tinggi.
"Dilihat dari data, memang pengangguran kita ini terbanyak adalah mereka yang statusya mencari pekerjaan, mereka yang sudah lepas dari pendidikannya," jelas Ida.
Selain belum mendapat pekerjaan, Menaker membeberkan, alasan lain tingginya angka pengangguran pada kelompok Gen Z adalah tidak adanya kecocokan antara pendidikan serta pelatihan dan kebutuhan pasar kerja. Hal ini pun terjadi kepada para lulusan SMA/SMK yang menyumbang jumlah tertinggi dalam angka pengangguran muda di RI.
"Pengangguran kita ini terbanyak disumbangkan dari lulusan SMK, anak-anak lulusan SMA, ini terjadi karena adanya miss-match," ujar Ida.
Melihat fenomena ini, Ida mengatakan, pemerintah akan mendorong pendidikan dan pelatihan kerja untuk terus berorientasi dan melakukan penyesuaian dengan pasar kerja. Ia menegaskan, sinergi antara pendidikan, pelatihan, dan kebutuhan dunia kerja harus terus terjadi.
"Hal yang terus didorong pemerintah adalah membangun pendidikan dan pelatihan vokasi itu nyambung dengan pasar kerja, terjadi link and match antara pendidikan dan pasar kerja. Itu yang terus kita dorong," kata Ida.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nah! Begini Efek Kartu Prakerja Atasi Pengangguran Gen Z