Internasional

NATO Beri Respons Tak Terduga soal Kematian Presiden Iran Raisi

sef, CNBC Indonesia
21 May 2024 07:04
Iranian President Ebrahim Raisi speaks during a commemoration for the late Revolutionary Guard Gen. Qassem Soleimani, who was killed in a U.S. drone attack in 2020 in Iraq, at the Imam Khomeini grand mosque in Tehran, Iran, Wednesday, Jan. 3, 2024. Two bombs exploded Wednesday at a commemoration for a prominent Iranian general, Iranian officials said. (AP Photo/Vahid Salemi)
Foto: Mendiang Presiden Iran Ebrahim Raisi (AP/Vahid Salemi)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberi respons soal kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi. Sebelumnya, sang Presiden tewas dalam kecelakaan helikopter Minggu waktu setempat.

Juru bicara NATO Farah Daklallah menyatakan belasungkawa kepada Iran atas kematian Raisi. "Kami turut berduka cita kepada rakyat Iran atas meninggalnya Presiden Raisi, Menteri Luar Negeri Amir-Abdollahian, dan lainnya yang tewas dalam kecelakaan helikopter itu," katanya di media sosial (medsos) X, dikutip Selasa (21/5/2024).



Meski demikian pernyataan tak terduga NATO ini memicu komentar dari publik di Amerika Serikat (AS). Paman Sam sendiri merupakan pemimpin aliansi pertahanan 33 negara itu.

Mengutip The New York Post, beberapa figur di internal AS mempertanyakan apa yang diperjuangkan NATO dengan memberi ucapan belasungkawa. Beberapa menuntut adanya konsensus.

"Apakah kamu bercanda? Jika ini adalah pernyataan juru bicara NATO yang autentik, hal ini akan menimbulkan pertanyaan serius tentang apa sebenarnya yang diperjuangkan NATO," tulis mantan direktur respons cepat untuk kampanye kepresidenan Gubernur Florida Ron DeSantis pada tahun 2024, Christina Pushaw.

"Saya mengatakan ini sebagai seseorang yang mendukung NATO secara umum," ujarnya lagi.

"Pejabat @NATO turut berbela sungkawa atas kematian Raisi secara khusus? Benar-benar? Konsensus aliansi penuh mengenai hal ini? @JensStoltenburg," kata mantan reporter lama CNN Pentagon Barbara Starr yang juga menandai Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenburg dalam tanggapannya.

Sebelumnya Presiden Iran Ebrahim Raisi 63 tahun dikonfirmasi tewas dalam kecelakaan helikopter Minggu dan dikonfirmasi Senin. Helikopter Bell 212 yang ia tumpangi jatuh dan hilang kontak sejak Minggu, usai sang Presiden dan rombongan melakukan peresmian bendungan baru di perbatasan Iran-Azerbaijan.

Dilaporkan sembilan orang di dalam helikopter nahas itu, tak ada yang selamat dalam kejadian. Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdollahian juga menjadi korban.

Penyebab kecelakaan masih diselidiki. Militer Iran juga dilaporkan turun tangan dalam penyelidikan.

Sementara itu, para ahli meyakini cuaca berperan besar dalam kecelakaan itu. Pakar penerbangan dan mantan pilot helikopter, Paul Beaver, mengatakan tutupan awan, kabut, kabut, dan suhu rendah pasti berkontribusi terhadap jatuhnya pesawat presiden Iran.

"Tidak seperti pesawat sayap tetap, helikopter tidak dapat dengan mudah terbang di atas cuaca (buruk)," katanya dimuat Al-Jazeera.

"Helikopter tidak memiliki kemewahan itu," tambahnya.

Di sisi lain, tangkapan layar dari video yang dirilis Kantor Berita Mehr melalui Telegram. Ini menunjukkan tim penyelamat tiba di lokasi jatuhnya helikopter di Iran pada 19 Mei.

Kantor Berita Mehr melalui Telegram menyebut terdapat awan yang menggantung rendah dan suhu lebih dingin dari rata-rata di wilayah barat laut Iran. Ini terjadi kala helikopter yang membawa Raisi dan delapan orang lainnya jatuh pada Minggu.

Meskipun sulit untuk mendapatkan data cuaca yang dapat diandalkan di wilayah dataran tinggi di negara tersebut, Tabriz, kota besar yang paling dekat dengan lokasi kecelakaan dan tujuan helikopter, menunjukkan suhu di bawah rata-rata yaitu 9,2 derajat Celsius (48 derajat Fahrenheit) sekitar waktu kecelakaan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengenaskan, Ini Kondisi Korban Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular