
Duh! Warga Kelas Menengah RI Masih Makan Tabungan & Tahan Belanja

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang pertengahan tahun ini, kondisi ekonomi kelas menengah semakin tertekan. Hal ini ditandai dengan menyusutnya jumlah tabungan dan berkurangnya minat belanja warga kelas ini.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan data simpanan masyarakat di bank menunjukkan tabungan kelompok masyarakat terbawah sempat turun ketika harga makanan pokok naik. Namun, belakangan angka itu melandai seiring dengan pengucuran bantuan sosial dari pemerintah.
Adapun, untuk kelompok menengah-bawah, Andry mengatakan indeks belanja mereka stagnan. Artinya, mayoritas penghasilan kelompok ini masih tergerus oleh kenaikan harga bahan pangan. Di lain sisi, jumlah tabungan kelompok ini juga berkurang.
"Ini yang kita sebut makan tabungan, jadi kalau mau belanja keluarin dulu tabungannya," kata dia.
Menurut Andry, masyarakat saat ini memilih berbelanja untuk kebutuhan pokok.
Data Mandiri Spending Index menunjukkan porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk kebutuhan makan minum pada 2024 melonjak tinggi dibandingkan tahun 2023. Dia bilang pada Januari 2023, porsi penghasilan yang digunakan untuk membeli kebutuhan primer masih 13,9%.
Ketika konsumsi makanan melonjak pada bulan puasa dan Lebaran 2023, porsi penghasilan yang digunakan untuk makanan juga masih di angka 16,6%. Namun, pada Mei 2024 ini, porsi penghasilan masyarakat yang dipakai untuk kebutuhan makan dan minum naik hingga 26%.
"Jadi dua kali lipat," ujarnya.
Andry mengatakan data ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin banyak mengalokasikan penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari. Hal itu bisa terjadi karena harga bahan pokok yang naik, sementara pendapatan masyarakat segitu-segitu saja.
Awas Daya Beli Tertekan
Institute for Development of Economic and Finance (Indef) sebelumnya memprediksi tekanan terhadap daya beli masyarakat akan terjadi pada kuartal II-2024. Sejumlah momen seperti tahun ajaran baru sekolah dan perayaan Idul Adha dinilai akan membuat masyarakat menahan konsumsinya.
"Setelah Lebaran ini rumah tangga dihadapkan pada kebutuhan anak yang sebentar lagi tahun ajaran baru, kemudian Hari Raya IdulAdha, saya rasa pasca Lebaran ini akan terjadi penahanan konsumsi," kata Peneliti Indef Riza Annisa dalam diskusi Indef, dikutip Rabu, (8/5/2024).
Riza menerangkan sektor konsumsi rumah tangga selama kuartal I-2024 memang mengalami pertumbuhan sebesar 4,91%. Akan tetapi, dia menilai pertumbuhan itu belum optimal karena di bawah pertumbuhan ekonomi nasional 5,11% pada Q1. Padahal pada periode tersebut, terdapat banyak momen pendongkrak konsumsi seperti Ramadhan dan perayaan Lebaran.
Dia meyakini lambannya pertumbuhan masyarakat itu dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang tengah tertekan. Tekanan itu muncul lantaran inflasi bahan pangan. "Ada gangguan di daya beli masyarakat," ujar dia.
Riza memprediksi tekanan terhadap daya beli ini akan berlanjut hingga kuartal II. Dia mengatakan tekanan tersebut terutama terjadi di kelas menengah yang tidak mendapatkan bantuan sosial. Mereka menahan konsumsi karena adanya kebutuhan membayar pendidikan anak dan karena adanya Idul Adha.
"Mereka adalah kelompok yang pay all the bill," ungkap Riza.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Chatib Basri Beri Warning Tanda-tanda Ekonomi RI Melambat