Gini Cara RI Kurangi Emisi Karbon di Industri Migas

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 15/05/2024 13:15 WIB
Foto: Ilustrasi produksi minyak (REUTERS/Nick Oxford)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia terus berupaya menekan emisi karbon dari berbagai sektor. Salah satunya seperti emisi karbon yang dikeluarkan dari industri minyak dan gas bumi (migas).

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi memastikan bahwa di masa depan, industri di Indonesia akan melakukan dekarbonisasi yang agresif. Sebab, Indonesia diberkati tempat penyimpanan emisi karbon yang cukup besar melalui teknologi Carbon Capture Storage (CCS).

"Kami cukup realistis bahwa salah satu teknologi yang dapat melakukan dekarbonisasi skala besar adalah teknologi carbon capture storage, jadi kami berkomitmen untuk mengambil kebijakan yang tepat," kata dia dalam sesi diskusi pada acara The 48th IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024), Rabu (15/5/2024).


Adapun guna mengimplementasikan proyek CCS sendiri pemerintah juga telah mempunyai aturan pendukungnya. Oleh sebab itu, menurut Jodi dibutuhkan kolaborasi antar negara untuk mensukseskan proyek ini.

"Kami berbicara dengan mitra utama seperti Singapura, Korea, juga Jepang, karena menurut kami untuk mendirikan CCS kami membutuhkan kolaborasi regional seperti yang saya sebutkan, Indonesia mempunyai lokasi yang sangat strategis, kami memiliki penyimpanan karbon berkapasitas sekitar 600 gigaton," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Deputi Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, yang akan menggantikan PM Lee Hsien Loong pada Mei mendatang.

Dalam kesempatan tersebut, Luhut menawarkan sejumlah proyek kerja sama kepada pemerintah Singapura. Salah satunya yaitu kerja sama di bidang proyek penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS.

"Secara khusus, saya menyampaikan kepada Minister Wong terkait banyaknya peluang baru untuk kerjasama. Seperti misalnya realisasi Carbon Capture Storage (CCS) lintas batas," tulis Luhut dikutip dari akun instagram pribadinya, Kamis (25/4/2024).

Menurut Luhut, proyek CCS lintas batas akan menjadi lompatan signifikan bagi kedua negara untuk membangun industri rendah karbon. Hal ini juga sejalan dengan kemampuan Indonesia yang dinilai sebagai negara tercepat dalam membangun regulasi CCS di Asia Pasifik.

"Di samping itu, saya juga menawarkan kerjasama di bidang agrikultur dan blue food yang secara spesifik berfokus pada pengembangan pertanian rumput laut di Indonesia," ujarnya.

Luhut mengatakan, Wong menyampaikan ketertarikannya dengan berbagai kerjasama yang ia tawarkan. Bahkan Singapura menyatakan siap melakukan studi awal untuk rencana kerjasama tersebut. "Beliau juga secara khusus menyampaikan minat dan keseriusan dalam pengembangan Bali sebagai destinasi wisata "wellness tourism" melalui pembangunan RS berstandar internasional," ujarnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil: Proyek Penyimpanan Karbon RI Terbesar di Asia Pasif