Target 1 Juta Barel Minyak RI Dipastikan Tak Tercapai

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
14 May 2024 17:40
tambang minyak lepas pantail
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui upaya pemerintah untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 kemungkinan akan cukup sulit. Hal tersebut menyusul penurunan produksi minyak yang saat ini masih terus berlangsung.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, RI perlu menggenjot kegiatan eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan minyak baru. Pasalnya, temuan migas di Indonesia belakangan ini banyak didominasi oleh sumber gas.

"Kalau gasnya sih kelihatannya masuk, tinggal minyaknya saja, kemungkinan missed dikit lah (1 juta bph di 2030)," kata Arifin ditemui di sela acara The 48th IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024), di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Selasa (14/5/2024).

Meski demikian, guna merealisasikan target produksi 1 juta barel per hari tersebut, pemerintah masih menaruh harapan pada pencarian cadangan Migas Non Konvensional (MNK). Salah satunya, yang dilakukan di Blok Rokan melalui pengeboran perdana sumur MNK Gulamo.

"Kita harus eksplorasi banyak, karena yang kita harapkan ini, nambah minyak untuk yang MNK, abis itu Banyu Urip, terus ada beberapa lapangan baru yang memang potensi minyaknya ada," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya telah berdiskusi dengan beberapa pakar untuk membahas mengenai nasib target 1 juta bph pada 2030. Adapun dari diskusi tersebut, target 1 juta barel kemungkinan akan bergeser dari yang sebelumnya ditargetkan tercapai pada 2030, kemudian geser ke tahun 2032 atau 2033.

"Kita sih lebih masih ingin cenderung bahwa angka 1 juta kita pakai sebagai milestone untuk menuju ke sana sedangkan tahunnya yang mungkin bergeser 2-3 tahun. Tetap 1 juta barel karena memang kebutuhannya naik cuma waktunya aja yang bergeser," ujar Dwi usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) RDP bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Dwi mengatakan, review terhadap target 1 juta barel dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal. Mulai dari pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik yang sudah berdampak pada pencapaian produksi di dalam negeri.

"Jadi ketika 2019 kita punya long term plan (LTP). Di 2020 kita masih menghadapi pandemi sehingga kegiatan di lapangan kan terganggu semua itu reason kenapa capaiannya belum seperti yang kita harapkan. Sehingga kita perlu review, kemudian juga kondisi geopolitik sudah sangat mempengaruhi," kata Dwi.

Sementara, Anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian menilai bahwa target produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari pada 2030 tidak realistis untuk dicapai. Pasalnya, lifting minyak mentah di dalam negeri dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

"Saya sampaikan target 2030 (lifting minyak) 1 juta barel saya usul diubah saja, jangan buat lagi target bahwa lifting akan mencapai 1 juta barel per hari tahun 2030," ujar dia dalam RDP Komisi VII bersama SKK Migas, di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Ramson mengatakan target tersebut seharusnya dibuat dengan perhitungan margin of error terkecil. Misalnya hingga tahun 2030 target lifting minyak bumi bisa diturunkan ke 800-850 ribu barel per hari.

"Harus realistis itu harusnya ada evaluasi kembali misal 2030 misal target jadi 800 ribu barel per hari atau 850 ribu bph, harus realistis, jangan dibawa angan-angan," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Biasa, Target 1 Juta Barel Minyak RI Cuma Tinggal Mimpi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular