Puncak Gunung Es Pabrik Sepatu Bata, Produsen Lain Juga Menderita

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mengumumkan penutupan pabriknya yang berada di Purwakarta, Jawa Barat. Produsen sepatu ini mengaku berat menjalankan operasional buntut kerugian yang terus membengkak.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie pun angkat bicara. Menurut dia, kondisi dunia usaha sepatu di 2024 belum sepenuhnya pulih, efek pandemi COVID-19 masih terasa bagi para pengusaha sepatu terutama dari sisi konsumsi.
Tak hanya itu, ia mengatakan banyak tantangan yang harus dihadapi pengusaha sepatu di tahun 2024. Pertama soal tingginya upah minimum di Jawa Barat.
"Kalau kita bicara penutupan pabrik di Purwakarta maka kita harus melihatnya dia sebagai produsen, kebetulan karena alas kaki itu adalah sektor padat karya Jadi aspek ketenagakerjaan atau beban ketenagakerjaan itu menjadi salah satu faktor utama dalam penentuan cost dan pengaruh terhadap permasalahan industri," kata Firman dalam Evening Up, Selasa (14/5/2024).
"Kemudian kita lihat lagi posisi pabriknya ada di daerah Purwakarta sebagai salah satu daerah dengan UMK paling tinggi di Indonesia, maka kita bisa melihat ini dari berbagai aspek," imbuhnya.
Sebagai catatan, UMK 2024 Kabupaten Purwakarta sebesar Rp 4.499.768, naik Rp 35.092,98 atau 0,79% dibandingkan tahun sebelumnya. UMK Purwakarta 2024 merupakan yang tertinggi keempat di Jawa Barat.
![]() Suasana lengang Toko sepatu Bata di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2024), tetap beroperasi pascapenutupan pabrik sepatunya di Purwakarta, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo) |
Selain UMK, produsen sepatu juga dihadapkan pada tinggi harga bahan baku. Belum lagi ada tambahan pajak bea masuk yang dinilainya menjadi beban bagi kalangan industri. Plus sulitnya ketentuan impor bahan baku.
"Sejak 2019 sebelum pandemi, bahan baku kita itu dikenakan bea masuk tambahan untuk setiap impor kain yang dihitung per meter. Jadi tiap meter kita ditambahkan beban tarif Rp10.000 Rp15.000 dan seterusnya. Nah ini tentu menjadi bahan baku yang tidak kompetitif bagi produsen lokal kita, bahkan untuk bersaing di pasar lokal sendiri," tuturnya.
Aspek lain yang bikin produsen sepatu Indonesia babak belur adalah lesunya pasar domestik. Momen Natal, Pemilu hingga Lebaran belum mampu mengerek penjualan produk sepatu dan sandal lokal.
"Ini kemudian berlanjut ketika preparation untuk Lebaran. Kita juga menyampaikan ada potensi penurunan. Tapi ternyata pasca-Pemilu kita dikejutkan dengan kenaikan over inflasi di sektor pangan ya. Nah ini kan untuk market medium low sangat sensitif dengan kondisi ekonomi, terutama yang terkait dengan kebutuhan pokok, kita harus bersaing dengan kebutuhan pokok," tuturnya.
Dia menjelaskan hal ini bikin kondisi makin parah terutama pabrik-pabrik sepatu yang orientasinya pasar lokal, seperti Bata.
"Kalau kita bicara Bata itu kita bicara industri yang kemudian dia orientasi nya pasar domestik, sementara kalau kita bicara investasi, sebagian besar investasi kita untuk alas kaki itu umumnya adalah relokasi mungkin dari China, Vietnam, atau mungkin dari negara-negara lain masuk ke Indonesia mereka bangun pabrik, itu hampir 100% itu adalah untuk yang orientasi ekspor," bebernya.
Sedangkan dari sisi teknologi dan inovasi katanya tidak terlalu berdampak besar. Pasar lokal menurutnya tidak terlalu menuntut produk yang high technology.
"Ini kan saya rasa nggak apple to apple kalau dikomparasi dengan startup baru yang mungkin masih di pasar online, nah ini sementara Bata sudah sangat kuat di offline, mereka punya rantai distribusi marketing atau channel marketing yang nilainya juga sangat banyak," ucapnya.
Terakhir yang menjadi concern produsen sepatu adalah serangan produk impor ilegal. Hal ini yang cukup mengganggu.
"Nah apa yang dilakukan pemerintah ini dengan adanya impor ilegal justru membuat demokrasi baru yang justru menyulitkan pelaku-pelaku yang selama ini jujur, taat aturan dan hukum. Nah kalau yang taat aturan dan hukum ini semakin sulit, apalagi kalau nanti ternyata impor ilegal masih banyak, saya rasa ya akan jadi beban yang sangat berat untuk pelaku usaha kita yang jujur," sebutnya.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 2 Masalah Utama Biang Kerok Bata Sampai Tutup Pabrik di Purwakarta
