Ahok Benar, Gaji Minimal Hidup Layak di Jakarta Rp 15 Juta

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
13 May 2024 06:55
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahja Purnama, Ahok (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Basuki Tjahja Purnama alias Ahok (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan untuk bisa hidup layak di ibu kota butuh gaji Rp 15 juta. Badan Pusat Statistik (BPS) pernah mengkonfirmasi temuan yang sama.

Sebelumnya melalui tayangan di YouTube, Ahok mengatakan untuk bisa hidup enak di Jakarta seseorang harus memiliki pendapatan minimal sebesar Rp 5 juta-Rp 10 juta. Kalau bisa mencapai Rp 15 juta, tentu semakin baik.

"Ideal tinggal di Jakarta itu seharusnya Rp 5-10 juta, Rp 15 juta lebih bagus," ujarnya, dikutip dalam video di channel YouTube personalnya, Senin (13/5/2024).

Dia mengatakan pemerintah berkewajiban membantu warganya untuk mencapai pendapatan minimal tersebut. Apabila kebutuhan dasar warga terpenuhi maka mereka akan bekerja lebih baik.

"Kalau perut kenyang, pikiran tenang. Kalau pikiran tenang baru bisa bekerja dengan baik," kata dia.

Jakarta memang menjadi kota dengan biaya hidup paling tinggi di Indonesia menurut survei BPS. Lembaga ini mencatat biaya hidup di Jakarta mencapai Rp 14,9 juta per bulan. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, Rp 13,45 juta pada 2018.

Angka ini diperoleh dari Survei Biaya Hidup (SBH) 2022. Survei ini mengukur konsumsi rumah tangga di daerah perkotaan (urban area) dan pedesaan (rural area) untuk mendapatkan pola konsumsi masyarakat sebagai bahan penyusunan diagram timbang dan paket komoditas yang baru dalam penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). Survei ini dilakukan di 90 kota dan memperhitungkan biaya konsumsi baik makanan, minuman, bensin hingga pulsa handphone.

Setelah Jakarta, Bekasi menjadi kota dengan biaya hidup paling mahal nomor dua, kemudian disusul dengan Kota Surabaya.

Jika dilihat berdasarkan komoditas dan belanjanya, biaya hidup di kota-kota ini dipengaruhi oleh belanja makanan dan minuman di restoran, informasi, komunikasi dan jasa keuangan serta pendidikan. Nilai konsumsi komoditas ini meningkat sepanjang 2022 sebesar masing-masing 1,53%, 0,70% dan 0,62%.

Sementara itu, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau hasil SBH 2022 relatif lebih rendah dibanding hasil SBH 2018. Sedangkan untuk kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga; dan Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran terjadi pergeseran pola konsumsi yang cukup signifikan.

Kendati demikian, makanan, minuman dan tembakau memiliki bobot nilai paling besar, yakni 24,98% di 90 kota dan 38,55%.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biaya Hidup di Jakarta Mahal Rp 15 Juta/Bulan, Buat Apa Aja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular