Petinggi AS Blak-Blakan Ungkap 4 Negara Asia di Jurang Resesi, Ada RI?

Thea Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 10/05/2024 17:00 WIB
Foto: Para pengunjuk rasa berpartisipasi dalam protes anti-pemerintah di tengah krisis ekonomi di Kolombo Pada 02 November 2022. (NurPhoto via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemulihan ekonomi di Asia Pasifik pasca pandemi Covid-19 belum merata hingga kini. Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut setidaknya ada empat negara yang berada dalam situasi yang masih terpuruk.

Keempat negara tersebut adalah Pakistan, Sri Lanka, Maladewa, dan Laos.

"Diperlukan reformasi pada negara-negara itu," kata Asisten Menteri Keuangan AS Alexia Latortue dalam Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) ke-57 di Tbilisi, Georgia pekan lalu.


Menurut Latortue, kawasan Asia Pasifik secara keseluruhan tampak baik dengan pertumbuhan yang relatif kuat dan tangguh. Akan tetapi masih ada beberapa negara yang alami keterpurukan akibat faktor eksternal dan internal.

Hal ini tak terlepas dari hantaman empat krisis yang terjadi sekaligus selama beberapa waktu terakhir. Adalah perubahan iklim, konflik, kerawanan pangan dan peningkatan utang yang semakin besar.

"Secara lebih luas, kawasan ini menghadapi risiko, termasuk kondisi keuangan global yang lebih ketat, perlambatan permintaan domestik di China dan tingkat utang yang tinggi," jelasnya.

Menurut Latortue, ADB dapat memainkan peran agar negara yang jatuh ke jurang krisis bisa kembali pulih. Sementara negara yang kini mampu tumbuh positif dapat mempertahankan momentum.

"Ketika negara-negara berupaya mempertahankan momentum pertumbuhan dan mengelola risiko-risiko ini, mereka akan terus mengandalkan lembaga-lembaga keuangan internasional seperti ADB," paparnya.

Ada empat hal yang perlu dilakukan ADB, yaitu pertama memberikan layanan berkualitas tinggi pendanaan pembangunan, termasuk pendanaan iklim. Kedua, memobilisasi dana tambahan, termasuk mengatur sumber daya dalam negeri dan memungkinkan investasi oleh sektor swasta. Ketiga, menghimpun peran para pemangku kepentingan dan keempat, berfungsi sebagai acuan di regional.

"Agenda ini masih jauh dari selesai. Tantangan-tantangan yang mendesak seperti perubahan iklim, konflik dan kerapuhan, serta pandemi mengancam kemajuan pembangunan yang telah dicapai dengan susah payah, dan kami mendesak hal ini komitmen berkelanjutan untuk melakukan reformasi," pungkasnya.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia-Prospek Ekonomi Dipangkas