Bos Mal Jakarta Merapat, Begini Ramalan Terbaru Peluang Bisnis 2024

Damiana, CNBC Indonesia
08 May 2024 16:50
Pengunjung saat berbelanja di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat (12/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Pengunjung saat berbelanja di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat (12/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis ritel di Jakarta dilaporkan terus bertumbuh ke level sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia tahun 2020 lampau. Pertumbuhan ditopang ekspansi oleh sejumlah merek, juga masuknya merek-merek baru ke pasar Indonesia.

"Absennya mal baru dalam 2 tahun terakhir berdampak positif terhadap pemulihan okupansi, khususnya di Jakarta. Tingkat hunian (okupansi) rata-rata pada tahun 2023 mencapai 74%, naik 5% dibandingkan tahun 2022," demikian mengutip Colliers Quarterly Market Report Q1 2024, Rabu (8/5/2024).

"Pada kuartal pertama 2024, okupansi di Jakarta relatif stabil di 74,2%. Peritel akan semakin banyak membuka gerai baru pada periode festive (musim festival/ musim perayaan) berikutnya. Dengan antisipasi pasokan baru, tingkat okupansi di Jakarta secara rata-rata diprediksi bakal berkisar 74-75% hingga akhir tahun 2024," sebut Colliers.

Ekspektasi positif itu disebut sebagai dampak komitmen para tenant yang akan beroperasi di mal-mal.

Dalam laporan kuartalan tersebut, Colliers menyoroti tren sejumlah pengelola mal melakukan strategi baru untuk menarik pengunjung. Dengan pendekatan yang menawarkan pilihan hiburan. Pusat-pusat perbelanjaan (mal) juga dilaporkan marak melakukan renovasi.

Di sisi lain, supermarket yang disebut sebagai tenant tradisional mengalami kebangkitan popularitas. Hal ini kemudian menguntungkan mal yang sudah ada, bahkan di waktu akan datang.

"Beberapa mal sedang melakukan peremajaan struktur fisik untuk menarik calon penyewa baru sehingga menjadi magnet bagi pengunjung," sebut Colliers, dikutip Rabu (8/5/2024).

"Pemilik properti diharapkan terus mengidentifikasi tren yang muncul karena perpaduan penyewa yang terencana dengan baik merupakan faktor penting dalam membedakan satu mal dengan mal lainnya," tambah Colliers.

Colliers memprediksi akan ada kebutuhan hingga 184.037 m2 ruang ritel sepanjang tahun 2024. Rata-rata kebutuhan ruang ritel tahun 2024-2026 diproyeksikan mencapai 282.310 m2. Pada kuartal pertama tahun 2024, kebutuhan ruang ritel mencapai 100.593 m2.

Sementara, pasokan tahun ini diprediksi mencapai 352.018 m2. Pada kuartal I tahun 2024 ada suplai sebesar 175.900 m2. Rata-rata pasokan ruang ritel pada tahun 2024-2026 diperkirakan mencapai 144.921 m2.

"Suplai diprediksi hanya tumbuh kurang dari 1% per tahun antara periode 2024-2026, dengan adanya penambahan ruang yang berasal dari mal-mal baru di wilayah-wilayah sekitar Jakarta (Jabodetabek)," sebut Colliers.

Meski begitu, Colliers menyebut, laju penambahan mal baru di wilayah Jakarta belum terlihat agresif. Hanya tercatat 4,86 juta m2 secara kumulatif pada kuartal pertama 2024, meski ada kemajuan konstruksi yang mulai berjalan cepat.

"Menyusul persaingan antar mal menarik penyewa (tenant) serta munculnya tren perubahan konsep mal, pengelola terus mengembangkan konsep-konsep baru sambil menentukan waktu yang tepat meluncurkan proyek mal baru," sebut Colliers.

Colliers mencatat, ada 3 mal yang saat ini dibangun di Jakarta. Yaitu Agora, Lippo Mall East Side (dalam Holland Village) dan pusat perbelanjaan di Menara Jakarta.

"Saat ini sedang dibangun dan kemungkinan besar akan selesai dalam waktu dekat. Dengan penambahan tiga mal ini, pasokan kumulatif di Jakarta diperkirakan mencapai 5 jutam2 pada tahun 2024," sebut Colliers.

Mal Baru di Jabodetabek

Sementara itu, Colliers mencatat, penambahan kumulatif mal di kawasan Jabodetabek per kuartal pertama 2024 adalah 3,18 juta m2. Dengan dibukanya Living World Kota Wisata
(di Bogor) dan Aeon Mall Deltamas (di Bekasi).

Sementara itu, Pakuwon Mall dan Summarecon Mall Bekasi tahap 2 sedang dalam tahap konstruksi dan diharapkan siap pada tahun 2025
dan 2026.

"Beberapa mal sedang melanjutkan renovasi besar-besaran, meremajakan interior dan fasilitasnya. Konfigurasi ulang tata letak juga penting, terutama untuk ruangan sebelumnya ditempati oleh penyewa besar," ungkap Colliers.

Hanya saja, menurut Colliers, beberapa pusat perbelanjaan saja yang dapat berkembang dan bertransformasi.

"Selain dukungan finansial, kreativitas untuk bertemu pengunjung kebutuhan akan menjadi faktor utama dalam menentukan apakah sebuah pusat perbelanjaan dapat bertahan," ujar Colliers.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mal Legendaris Jakarta Ini Bangkit dari Kubur, Sempat Sepi Kini Ramai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular