Waspada! Konsumsi Warga RI Lesu Jelang Pertengahan Tahun

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
08 May 2024 10:15
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Pasar Tumpah Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. (CNBC Indonesia/Emir)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Pasar Tumpah Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. (CNBC Indonesia/Emir)

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economic and Finance (Indef) memprediksi tekanan terhadap daya beli masyarakat akan terjadi pada kuartal II-2024. Sejumlah momen seperti tahun ajaran baru sekolah dan perayaan Idul Adha dinilai akan membuat masyarakat menahan konsumsinya.

"Setelah Lebaran ini rumah tangga dihadapkan pada kebutuhan anak yang sebentar lagi tahun ajaran baru, kemudian Hari Raya IdulAdha, saya rasa pasca Lebaran ini akan terjadi penahanan konsumsi," kata Peneliti Indef Riza Annisa dalam diskusi Indef, dikutip Rabu, (8/5/2024).

Riza menerangkan sektor konsumsi rumah tangga selama kuartal I-2024 memang mengalami pertumbuhan sebesar 4,91%. Akan tetapi, dia menilai pertumbuhan itu belum optimal karena di bawah pertumbuhan ekonomi nasional 5,11% pada Q1. Padahal pada periode tersebut, terdapat banyak momen pendongkrak konsumsi seperti Ramadhan dan perayaan Lebaran.

Dia meyakini lambannya pertumbuhan masyarakat itu dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang tengah tertekan. Tekanan itu muncul lantaran inflasi bahan pangan. "Ada gangguan di daya beli masyarakat," ujar dia.

Riza memprediksi tekanan terhadap daya beli ini akan berlanjut hingga kuartal II. Dia mengatakan tekanan tersebut terutama terjadi di kelas menengah yang tidak mendapatkan bantuan sosial. Mereka menahan konsumsi karena adanya kebutuhan membayar pendidikan anak dan karena adanya Idul Adha.

"Mereka adalah kelompok yang pay all the bill," ungkap Riza.

Selain dari sisi internal, Riza menilai ancaman tekanan terhadap daya beli juga datang dari global, yaitu eskalasi konflik di timur tengah. Dia mengatakan konflik di kawasan tersebut dapat berpotensi melambungkan harga minyak yang akan berimbas pada inflasi yang lebih tinggi di dalam negeri.

"Saya harap ini tidak terjadi," kata dia.

Riza melanjutkan faktor ketiga yang dia khawatirkan adalah kemungkinan inflasi bahan pangan yang berlanjut. Dia mengatakan apabila pemerintah tidak segera mengambil langkah untuk mengatasi dampak perubahan iklim pada pertanian, maka inflasi sektor ini bisa saja berlanjut.

Riza mengatakan belum bisa memprediksi apakah tekanan terhadap daya beli ini akan berdampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi di kuartal II. Dia menuturkan potensi perlambatan ekonomi tersebut patut diwaspadai.

"Apakah akan turun pada triwulan selanjutnya? Saya belum bisa menyebutkan angka pastinya, tapi kemungkinan akan ada penurunan," kata Riza.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai tekanan terhadap konsumsi masyarakat memang tampak dalam data pertumbuhan ekonomi kuartal I kemarin. Dia menilai sektor konsumsi memang meningkat, namun belum bisa pulih di atas 5%. Faktor utama penghambat pertumbuhan ini, kata dia, adalah kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino.

"Faktor utama yang menghambat pertumbuhan ini adalah efek El Nino, yang telah menyebabkan melonjaknya inflasi makanan," tutupnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Kurang 'Power', Ekonom Soroti Belanja Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular