Hati-hati! Warga RI Cs Bisa Tua Sebelum Kaya

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
02 May 2024 17:00
Chief Economist ADB Albert Park. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)
Foto: Chief Economist ADB Albert Park. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)

Tbilisi, CNBC Indonesia - Asia kini memiliki masalah besar. Populasi di India, China, Korea Selatan hingga Indonesia akan banyak di isi kelompok lanjut usia akan tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhannya alias tua sebelum kaya.

Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari Asian Development Bank (ADB) bertajuk Aging Well in Asia, dirilis pada Mei 2024.

ADB mencatat, warga di Asia menua dengan cepat. Lansia dengan usia 60 tahun ke atas berjumlah 13,5% pada tahun 2022 akan diperkirakan bisa meningkat dua kali lipat pada 2050.

Kelompok produktif dengan usia 15-59 tahun secara rata-rata juga alami peningkatan namun tidak signifikan. Sementara itu untuk kelahiran justru alami penurunan, khususnya pada negara Korea Selatan dan China.

"Kita melihat kesejahteraan lansia harus menjadi fokus negara di Asia," kata Albert Park ADB Chief Economist dalam konferensi pers di Tbilisi, Georgia, Kamis (2/5/2024).

Dok. TbilisiFoto: Dok. Tbilisi
Dok. Tbilisi

Cepatnya penuaan terjadi mulanya pada kelompok menengah bawah. Ada kekhawatiran di kawasan ini, risiko masyarakat akan menjadi tua sebelum kaya. Artinya mereka tidak mampu mengumpulkan dana dalam jumlah yang cukup untuk mencukupi kebutuhan saat lansia.

Data ADB menunjukkan, dari 22 negara di negara berkembang di Asia terdapat kemiskinan ekstrem pada usia 65+ tahun sebesar 3,2% pada tahun 2016-2022, turun dari 13,1% pada 2010-2015. Banyak negara tidak dapat menangkap persoalan tersebut, padahal ini bisa menjadi masalah besar karena memperburuk ketimpangan dengan usia muda.

Bagi yang masih produktif, kelompok ini kecenderungan hanya bergerak di sektor informal dengan penghasilan yang sedikit, tanpa tunjangan hingga pensiun. Ini juga lebih banyak pada laki-laki, sementara perempuan cenderung menghabiskan waktu sebagai ibu rumah tangga.

"Ketika orang bekerja di sektor informal, maka mereka tidak mendapatkan apapun yang selayaknya," kata Albert.

Dok. TbilisiFoto: Dok. Tbilisi
Dok. Tbilisi

Lansia juga alami persoalan serius pada sisi kesehatan. Pada 9 negara berkembang di Asia rata-rata 57% lansia didiagnosa satu penyakit tidak menular (PTM), namun hanya 40% yang menerima pemeriksaan kesehatan rutin dan 43% lansia dengan keterbatasan fungsional tidak mendapatkan perawatan jangka panjang.

Kemudian, sebanyak 31% kasus orang lanjut usia melaporkan peningkatan gejala depresi, karena penyakit, isolasi sosial, dan ekonomi ketidakamanan.

ADB menyarankan pemerintah di masing-masing negara harus mampu untuk menciptakan kebijakan yang mendorong kesejahteraan lansia. Fokus pada empat dimensi, antara lain kesehatan, pekerjaan produktif, keamanan ekonomi, dan keterlibatan sosial.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! 16% Lansia di Asia Dilanda Kesepian

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular