BMKG: El Nino Melemah - Berpeluang 60% Jadi La Nina, Kapan Hantam RI?
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, fenomena El Nino berangsur melemah dan menuju Netral. Di mana, El Nino tercatat sudah berlangsung selama 34 dasarian atau sekitar 340 hari.
BMKG mencatat, anomali Sea Surface Temperature (SST) atau suhu permukaan laut pada dasarian II bulan April 2024 di wilayah 3.4 menunjukkan El Nino lemah dengan indeks +0,93.
Lalu apakah El Nino akan berganti menjadi La Nina?
Dalam unggahan di akun Instagram resmi BMKG, @/InfoBMKG disebutkan, El Nino akan segera berakhir. El Nino dapat berlangsung hingga April 2024. Hal itu melansir Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
Menurut BMKG, saat ini terdapat kecenderungan ENSO berada pada kondisi Netral. ENSO atau El Nino-Southern Oscillation merupakan fenomena penyimpangan pola normal siklus iklim di Samudera Pasifik yang meliputi fase El Nino dan La Nina.
El Nino mulai terjadi pada Juni 2023 dan mencapai puncaknya pada Desember 2023. El Nino adalah fenomena pemanasan suhu mula laut di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.
"Tiga fase ENSO Samudra Pasifik adalah El Nino, Netral, La Nina. Kondisi El Nino memengaruhi pola iklim dan memberikan dampak berkurangnya curah hujan di Indonesia, menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang dan kekeringan ekstrem di beberapa wilayah," tulis BMKG, dikutip Senin (29/4/2024).
Lalu kapan La Nina terjadi di RI?
"Terdapat peluang 60% berakhirnya episode El Nino kemungkinan digantikan oleh munculnya La Nina pada periode Juni-Agustus. Meski kondisi Netral diperkirakan dapat bertahan setidaknya hingga bulan Juli," jelas BMKG.
BMKG menerangkan, La Nina memiliki dampak bersifat global, seperti peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik Barat.
"Di Indonesia, pada periode Juni-Juli-Agustus, dampak La Nina diketahui berupa peningkatan curah hujan mencapai 20-40%. Beberapa lokasi bahkan dapat mencapai peningkatan hingga lebih 50%," sebut BMKG.
"La Nina telah menyebabkan cuaca ekstrem di Indonesia, yang berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor," tulis BMKG.
Tak hanya El Nino, BMKG juga mencatat Indian Ocean Dipole (IOD) dilaporkan dalam kategori Netral dengan indeks +0,31 dan diprediksi bertahan hingga 5 bulan ke depan.
Sebagai informasi, kedua fenomena ini memicu musim kemarau dengan suhu panas dan kekeringan lebih ekstrem dibandingkan musim kemarau biasanya.
Musim Hujan
BMKG mencatat, per 12 April 2024, sebanyak 76% atau 533 Zona Musim (ZOM) di Indonesia tengah mengalami musim hujan, sedangkan 8% atau 53 ZOM mengalami musim kemarau. Sementara 16% lainnya atau 113 ZOM memiliki tipe 1 musim.
Menurut BMKG, pada umumnya curah hujanan bulanan di Indonesia berada pada kategori menengah-tinggi. Wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan rendah (<50 mm) meliputi sebagian Lampung, sebagian besar pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT)).
"Pada Mei-Juni 2024, pada umumnya Indonesia bagian utara mengalami sifat hujan Normal-Atas Normal, sedangkan bagian selatan seperti pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT mengalami curah hujan di bawah normal," jelas BMKG.
(dce/dce)