Anak Buah Luhut Blak-blakan Tantangan Garap Energi Panas Bumi di RI

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 26/04/2024 18:24 WIB
Foto: Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin memberikan pemaparan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan terdapat sederet tantangan bagi Indonesia untuk bisa meanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) khususnya energi panas bumi di dalam negeri.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemeno Marves Rachmat Kaimuuddin menjelaskan bahwa energi panas bumi atau geothermal di Indonesia merupakan sumber EBT sulit untuk dimanfaatkan.


Rachmat menyebutkan selain transmisi listrik yang diperlukan untuk menylurkan sumber eenrgi ke titik kebutuhan masyaraat, energi panas bumi juga bukan suatu energi yang bisa langsung dipastikan keberadaannya. Dia mengatakan panas bumi berbeda dengan jenis EBT lainnya.

"Tentunya selain transmisi, supply chain yang kita lagi dorong juga. Satu hal lagi yang kita perlukan itu bagaimana mengurangi risiko atau the risking untuk pembuatan project-project renewables. Salah satunya adalah dengan memastikan resource-nya dari renewables tadi itu benar-benar bisa untuk bikin power plant-nya," ujar Rachmat saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Rachmat menjelaskan bahwa perlu dilakukan pengeboran terlebih dahulu sebelum bisa memanfaatkan sumber energi panas bumi. Bahkan, dia menyebutkan bahwa energi panas bumi memiliki karakteristik mirip dengan sektor minyak dan gas bumi (migas).

"Nanti perlu ada drilling-drilling dulu. Karena kalau nggak, kan resikonya besar ya. Untuk itu digali jangan sampai nanti dryhole dan sebagainya. Itu untuk mempermudah itu kita lagi pikir how can government of Indonesia bersama partners," jelasnya.

Selan itu, Rachmat juga mengatakan energi panas bumi memerlukan dorongan dari pemerintahan Indonesia melalui program yang mendukung pencarrian sumber panas bumi dalam negeri.

Lebih lanjut, Rachmat mengatakan diperlukan pula pendanaan yang cukup untuk bisa menggarap jenis EBT tersebut. Salah satunya melalui pendanaan dari pihak ke tiga.

"Mungkin (panas bumi) agak mirip dengan oil and gas. You have to take exploration risk. Nah ini yang lagi kita bayangkan kalau bisa support lewat government drilling programs dengan bantuan dari teman-teman. Secondary to Grand Financing untuk melakukan government drilling ini I think it can reduce a lot of risk," tambahnya.

Dengan begitu, Rachmat meyebutkan perlu adanya beban listrik dasar (baseload) yang stabil yang bisa memanfaatkan energi panas bumi di Indonesia. Selain itu, diperlukan juga infrastruktur yang mumpuni untuk menyalurkan hasl energi panas bumi eperti melalui trnsmisi yang saat ini juga tegah didorong oleh pemerintah.

"Jadi pertama untuk membuat stable network. Karena kan kita ingin punya baseload yang relatively stable. Itu hari ini yang ada hydro dan geothermal. Jadi kita lagi bangun, set. Butuh transmisi and everything. And then kita bisa augment itu dengan yang variable renewable. Seperti wind and solar dan storagenya," tandasnya.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Luhut Ramal Anggaran Makan Bergizi Gratis Tembus Rp 300 Triliun