CNBC Insight

Peneliti RI Temukan Bukti Kuat Harimau Jawa Masih Belum Punah

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
28 March 2024 17:15
Petugas kesehatan mengambil sempel hasil swab Harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, Senin (2/8/2021).   (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Harimau (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan fakta terbaru soal keberadaan Harimau Jawa yang telah dinyatakan punah sejak 1970-an.

Awalnya mereka mendapat laporan warga ihwal jejak harimau pada 2019 di perkebunan masyarakat dekat desa Cipendeuy, Surade, Sukabumi Selatan, Jawa Barat. Warga bersaksi telah melihat Harimau Jawa dan juga menunjukkan ke peneliti sehelai rambut diduga bulu Harimau Jawa, serta jejak kaki dan cakarannya.

Beranjak dari temuan itu, peneliti melakukan analisis DNA. Mereka membuka basis data DNA Harimau Jawa dan membandingkannya dengan subspesies sampel harimau lain, seperti Harimau Bengal, Amur, Sumatera, dan Macan Tutul Jawa.

Selama lima tahun, analisis itu akhirnya mencapai titik terang. Dalam riset yang dipublikasikan Cambridge University bertajuk "Is The Javan tiger Panthera Tigris Sondaica Extant? DNA Analysis of a Recent Hair Sample," peneliti menyebut temuan rambut tersebut terbukti berasal dari Harimau Jawa atau Panthera Tigris sondaica.

"Hasil perbandingan antara sampel rambut harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 persen dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) memiliki 98,23 persen kemiripan dengan Harimau Jawa," tulis peneliti yang dipimpin Wirdateti.

Selain itu, secara filogenetik terungkap juga bahwa sampel bulu harimau itu diduga termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa yang berada di museum. Meski demikian, tim peneliti tak bisa memastikan soal keberadaan Harimau Jawa di alam liar.

"Apakah Harimau Jawa masih ada di alam liar perlu dikonfirmasi melalui studi genetik dan lapangan lebih lanjut," katanya.

Perlu diketahui, Harimau Jawa merupakan hewan buas yang umum hidup di Jawa. Sekitar tahun 1800-an, catatan sejarah menunjukkan hewan tersebut eksis di hutan-hutan di seantero Jawa. Mereka sering digunakan dalam tradisi rampogan yang mempertandingkan pertarungan antara harimau jawa dengan kerbau atau macan. Tradisi ini kemudian membuat harimau jawa banyak terbunuh.

Selain itu, eksistensi Harimau Jawa juga bisa membawa malapetaka bagi kehidupan manusia.

Dalam riset R. Wessing berjudul "the Last Tiger in East Java: Symbolic Continuity in Ecological Change dijelaskan bahwa seringkali terjadi gesekan antara harimau jawa dengan manusia seiring masifnya pembukaan lahan baru di abad ke-19. Alhasil, harimau yang terusik menyerang manusia dan hewan ternak. Wessing mencatat ada 2.500 orang yang tewas akibat diserang harimau per tahunnya.

Atas dasar ini, pemerintah kolonial masif membunuh Harimau Jawa lewat tangan para pemburu. Dari kebijakan tersebut ditambah hilangnya habitat, praktis populasi harimau jawa semakin menurun. Sampai akhirnya, jejak harimau jawa benar-benar hilang di tahun 1970.

Setelahnya, tak ada lagi laporan saintifik soal keberadaan Harimau Jawa yang telah dinyatakan punah. Hanya ada laporan kesaksian masyarakat saja yang melihat Harimau Jawa, tetapi tidak terbukti ilmiah. Sampai akhirnya, terbit laporan terbaru dari BRIN soal jejak rambut Harimau Jawa yang membawa titik terang bagi eksistensi kucing besar tersebut di hutan-hutan terpencil di Pulau Jawa. Ini tentu kabar baik, bagi perkembangan ekologi di Jawa.


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tsunami Gulung Jakarta 2,5 Jam Usai Megathrust Selat Sunda Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular