
'Tanda Kiamat' Muncul di Silicon Valley India, Warga Kekurangan Air
Rumah bagi silicon valey di India kini kekurangan air. "Kiamat" iklim menjadi salah satu penyebab membuat warga kekurangan air.

Kota Bengaluru (Bangalore) yang menjadi rumah bagi silicon valley India kini tengah dihadapkan dengan pengaruh "kiamat" iklim. Kekeringan terjadi akibat cuaca yang luar biasa panas pada bulan Februari-Maret dan dalam beberapa tahun terakhir. (AP/Aijaz Rahi)

Melansir dari AP, wilayah ini hanya menerima sedikit curah hujan. Sebagian disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Tingkat air semakin menipis, terutama di daerah-daerah miskin, yang mengakibatkan tingginya biaya air dan berkurangnya pasokan dengan cepat. (AP/Aijaz Rahi)

Otoritas pemerintah kota dan negara bagian berusaha mengendalikan situasi dengan mengambil tindakan darurat seperti menasionalisasi kapal tanker air dan membatasi biaya air. Namun para ahli air dan banyak warga khawatir, kondisi terburuk masih akan terjadi pada bulan April dan Mei, ketika matahari musim panas sedang berada pada titik teriknya. (AP/Aijaz Rahi)

"Krisis ini sudah lama terjadi," kata ahli hidrologi yang berbasis di Bengaluru dari lembaga think tank Water, Environment, Land and Livelihood Labs, Shashank Palur. “Bengaluru adalah salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan infrastruktur pasokan air bersih tidak mampu mengimbangi pertumbuhan populasi,” tambahnya. (AP/Aijaz Rahi)

Air tanah, yang diandalkan oleh lebih dari sepertiga dari 13 juta penduduk kota, semakin cepat habis. Pemerintah kota mengatakan 6.900 dari 13.900 sumur bor di kota tersebut telah mengering meskipun beberapa di antaranya telah dibor hingga kedalaman 1.500 kaki. Masyarakat yang bergantung pada air tanah, seperti Muthuvel, kini harus bergantung pada truk tangki air yang memompa air dari desa-desa terdekat. (AP/Aijaz Rahi)

"Kekhawatiran lainnya adalah permukaan beraspal menutupi hampir 90% wilayah kota. Ini mencegah air hujan merembes ke bawah dan tersimpan di dalam tanah," kata T.V. Ramachandra, ilmuwan peneliti di Pusat Ilmu Ekologi di Indian Institute of Science yang berbasis di Bengaluru. Kota ini kehilangan hampir 70% tutupan hijaunya dalam 50 tahun terakhir. (AP/Aijaz Rahi)

Ramachandra membandingkan kekurangan air di kota tersebut dengan krisis air “day zero” di Cape Town, Afrika Selatan, pada tahun 2018. Ketika itu, kota tersebut hampir mematikan sebagian besar keran karena kekeringan. (AP/Aijaz Rahi)

Dia mengatakan pemerintah kota seharusnya fokus pada pengisian kembali lebih dari 200 danau yang tersebar di seluruh kota, menghentikan pembangunan baru di area danau, mendorong pengumpulan air hujan dan meningkatkan tutupan lahan hijau di seluruh kota. (AP/Aijaz Rahi)