ESDM Akui Target 1 Juta Barel Minyak Bisa Mundur ke 2033

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 14/03/2024 14:25 WIB
Foto: Pompa angguk Wilayah Kerja (WK) Rokan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui target 1 juta barel per hari bisa saja bergeser dari yang sebelumnya ditetapkan pada 2030 menjadi 2033. Mengingat, penurunan produksi secara alamiah masih terus berlangsung.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan beberapa upaya yang dilakukan di sektor hulu migas saat ini masih sebatas pada menahan laju decline. Sehingga, cukup sulit untuk mengerek produksi minyak tanpa adanya penemuan baru.

"Bisa saja (bergeser 2033). Itu mungkin rencananya masih di SKK Migas ya tapi kalau menurut kami bisa saja," kata Tutuka ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (14/3/2024).


Meski demikian, pemerintah masih terus berupaya untuk merealisasikan target produksi 1 juta barel per hari pada 2030. Beberapa diantaranya melalui pencarian cadangan Migas Non Konvensional (MNK) serta peningkatan produksi minyak menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). "Kalau itu berhasil saya kira keduanya akan menyumbang kontribusi besar untuk produksi minyak. Ini dari perspektif Dirjen Migas ya," katanya.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya telah berdiskusi dengan beberapa pakar untuk membahas mengenai nasib target 1 juta barel pada 2030. Adapun dari diskusi tersebut, target 1 juta barel kemungkinan akan bergeser dari yang sebelumnya di 2030 ke tahun 2032 atau 2033.

"Kita sih lebih masih ingin cenderung bahwa angka 1 juta kita pakai sebagai milestone untuk menuju ke sana sedangkan tahunnya yang mungkin bergeser 2-3 tahun. Tetap 1 juta barel karena memang kebutuhannya naik cuma waktunya aja yang bergeser," ujar Dwi usai RDP bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Dwi mengatakan review terhadap target 1 juta barel dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal. Mulai dari pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik yang sudah berdampak pada pencapaian produksi di dalam negeri.

"Jadi ketika 2019 kita punya long term plan (LTP). Di 2020 kita masih menghadapi pandemi sehingga kegiatan di lapangan kan terganggu semua itu reason kenapa capaiannya belum seperti yang kita harapkan. Sehingga kita perlu review, kemudian juga kondisi geopolitik sudah sangat mempengaruhi," kata Dwi.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Sebut Produksi Migas Blok Cepu Tambah 30 Ribu Bph