
Janet Yellen Buka Suara soal Peringatan Stagflasi AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali memberi pernyataan soal ekonomi negaranya. Paman Sam diyakini tak akan mengalami stagflasi.
Ini ditegaskannya dalam sebuah wawancara Rabu waktu setempat. Ia menambahkan bahwa sebagian besar ramalan malah memperkirakan inflasi mereda karena biaya perumahan bergerak lebih rendah.
"Di banyak wilayah di negara ini, harga sewa apartemen baru sebenarnya telah menurun secara keseluruhan," kata Yellen kepada Fox Business dalam sebuah wawancara, dikutip AFP, Kamis (14/3/2024).
"Biaya perumahan adalah kontributor terbesar terhadap inflasi yang sedang berlangsung," tambah Yellen seraya menekankan bahwa dirinya memiliki "ekspektasi" akan biaya perumahan yang turun tahun ini sehingga mengurangi tekanan harga.
Namun Yellen berujar menyesal karena sebelumnya mengatakan bahwa inflasi AS bersifat "sementara". Karena dibutuhkan waktu lebih lama dari beberapa minggu atau bulan untuk meredam kenaikan harga.
Perlu diketahui, inflasi konsumen AS telah turun dari puncaknya pada tahun 2022 tetapi meningkat secara tak terduga pada bulan Februari menjadi 3,2%, secara tahunan. Ini menggarisbawahi pernyataan Yellen bahwa memang pemerintah melihat jalan yang sulit untuk menurunkan harga.
Inflasi bulanan naik menjadi 0,4% dari 0,3% sudah sesuai dengan perkiraan, dengan harga tempat tinggal dan bensin menyumbang lebih dari 60% kenaikan tersebut. Di sisi lain, inflasi inti yang tidak termasuk barang-barang bergejolak seperti makanan dan energi turun menjadi 3,8% dari 3,9%, masih lebih panas dibandingkan perkiraan sebesar 3,7%.
Sebelumnya, kemungkinan AS stagflasi dikatakan CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon awal pekan ini. Ia menolak mengesampingkan kemungkinan stagflasi pada ekonomi AS.
"Saya pikir peluang terjadinya soft landing dalam satu atau dua tahun ke depan adalah setengahnya. Kasus terburuknya adalah stagflasi," dalam videonya di Australian Financial Review Business Summit di Sydney.
Ia menegaskan meski perekonomian AS sedang "booming" sejumlah risiko masih ada. Ia pun berpendapat The Fed masih perlu menunggu kejelasan untuk menaikkan suku bunga bank sentral AS itu.
Pandangan Dimon berubah beberapa tahun terakhir, yang awalnya optimis terhadap pasar dunia namun menjadi sedikit pesimis. Ia pun pernah memperingatkan badai ekonomi akan melanda AS di 2022.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Menkeu AS Janet Yellen Memulai Kunjungan Selama 5 Hari di China
