
Korsel Tiba-Tiba Mohon-Mohon ke RI soal Ini, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah memohon kerja sama aktif Indonesia untuk menyelesaikan proyek pengembangan jet tempur bersama, KF-21. Ini terjadi setelah RI belum menuntaskan pembayaran pengembangan pesawat itu.
Kementerian Luar Negeri Seoul menyebut Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korsel Kim Hong Kyun menyampaikan seruan tersebut pada sesi kedua dialog strategis bilateral dengan mitranya dari Indonesia, Pahala Nugraha Mansury. Ini diadakan di ibu kota Seoul, Rabu waktu setempat.
Sebelumnya, Indonesia telah setuju untuk menanggung sekitar 20% dari proyek senilai 8,1 triliun won (Rp 94 triliun) itu pada tahun 2015. Dana itu digunakan untuk mengembangkan jet tempur KF-21, hingga tahun 2026, serta imbalan menerima satu prototipe dan transfer teknologi dan 48 unit pesawat itu.
Hingga saat ini, RI menunda pembayaran selama hampir dua tahun. Diperkirakan sejauh ini Jakarta hanya membayar sekitar 278 miliar won (Rp 3,3 triliun), dengan tunggakan hampir 1 triliun won (Rp 11,8 triliun).
"Kim meminta bantuan Indonesia agar proyek tersebut dapat diselesaikan dengan lancar, dan Pahala mengatakan negaranya akan melakukan upaya aktif untuk mencapai penyelesaian," kata Kementerian Luar Negeri Korsel dikutip media Yonhap, dikutip Kamis (14/3/2024).
Permintaan ini juga pernah diungkapkan Menteri Luar Negeri Cho Tae Yul kepada Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Kala itu mereka bertemu empat mata di sela-sela pertemuan para Menteri Luar Negeri negara G20 di Brasil bulan lalu.
Pada Juni lalu, Senior Manager & Chief KFX Joint Development Management Team Lee Sung Il mengemukakan bahwa pengembangan jet tempur ini seharusnya memiliki nilai ekonomi yang besar bagi Indonesia, yakni sebesar US$ 10 miliar (Rp 155 triliun).
Bahkan, pengembangan ini nantinya dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak 27.000 orang, ketika Indonesia mulai pengerjaannya sendiri. Adapun, biaya inducement production mencapai US$ 3,3 miliar (Rp 51,3 triliun).
"Ini adalah angka yang besar, tapi baseline-nya adalah selama pemerintah Indonesia berpartisipasi dalam engineering and manufacturing development (EMD) dan membeli pesawat yang sudah dijanjikan," tegas Lee.
Sementara itu, isu lain yang dibahas Kim dan Pahala adalah perluasan kerja sama di bidang kendaraan listrik (EV), baterai, dan rantai pasokan mineral penting lainnya. Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, komponen penting baterai kendaraan listrik, dan dikenal memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
Raksasa otomotif Korea Selatan Hyundai Motor Group dan pembuat baterai terkemuka LG Energy Solution telah membentuk usaha patungan senilai US$ 1,1 miliar (Rp 17 triliun). Perusahaan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Korsel Panas, Kerahkan Jet Tempur ke China dan Rusia