Pengusaha Merapat! Program Restrukturisasi Mesin OTW Meluncur Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan, pertumbuhan PDB industri makanan dan minuman (mamin) olahan masih jauh dari ekspektasi. Tercatat, pada tahun 2022 pertumbuhan PDB industri mamin 4,90% secara tahunan, mengalami penurunan menjadi 4,47% secara tahunan di tahun 2023.
Kemenperin pun menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan kinerja industri mamin olahan nasional. Mulai dari fasilitasi insentif fiskal maupun nonfiskal, termasuk bantuan berupa program restrukturisasi permesinan.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Merrijantij Punguan Pintaria memaparkan, nilai ekspor dan impor mamin secara neraca juga turun. Apabila di tahun 2022 surplus mencapai US$32,05, sedangkan di tahun 2023 surplus turun adi US$25,21.
"Nilai realisasi investasi ada peningkatan, mungkin di sektor-sektor tertentu masih cukup menarik, mengingat pasar kita 270 juta jiwa itu menjadi pasar yang cukup menarik untuk menanamkan investasi. Untuk ekspor/impor, tahun 2022 ekspornya US$99 juta, nilai importasi kita US$129 juta. Jadi minuman ringan ini berkontribusi kepada defisit neraca perbelanjaan kita," ungkapnya.
Kemenperin, lanjut Merrijantij, tengah menyiapkan sejumlah upaya untuk memacu pertumbuhan industri manufaktur di dalam negeri. Termasuk industri mamin olahan.
"Kami di Kementerian Perindustrian berupaya melakukan peningkatan kinerja untuk industri-industri yang ada di Indonesia. Salah satu upaya yang kami lakukan melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan yang Insya Allah bisa bergulir mulai tahun ini. Kami sedang finalisasi payung hukumnya, apabila ini bisa terbit dalam waktu yang tidak terlalu lama, program ini akan kami harapkan bisa membantu kinerja industri," ujarnya.
"Pemerintah juga menyiapkan fasilitas fiskal, baik itu tax holiday, tax allowance, dan super deduction tax, maupun pembebasan bea masuk impor barang modal dalam rangka investasi, dan upaya-upaya lain yang dilakukan. Yang terakhir adalah peningkatan implementasi industri 4.0," kata Merrijantij.
(dce)