Hati-Hati Pak Jokowi, Cadangan Nikel RI Bisa Habis dalam 11 Tahun!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
07 March 2024 16:10
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewanti-wanti cadangan bijih nikel RI, khususnya bijih nikel kadar tinggi (saprolite), diperkirakan bisa akan habis dalam waktu 11 tahun ke depan.

Kenapa itu bisa terjadi?

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menjelaskan, perkiraan itu bisa terjadi jika Indonesia tidak segera mencari cadangan baru nikel di dalam negeri dan izin pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) baru nikel kelas dua tidak dihentikan.

Bijih nikel kadar tinggi (saprolite) biasa digunakan untuk memproduksi produk nikel kelas dua berupa Nickel Pig Iron (NPI) maupun feronikel, melalui teknologi Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF).

"Keterdiaan saprolit kalau tidak ada penambahan cadangan dan tidak ada penurunan produksi RKEF akan habis dalam 11 tahun," beber Irwandy kepada CNBC Indonesia, Kamis (7/3/2024).

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah berencana untuk tidak lagi mengeluarkan izin pembangunan smelter baru untuk nikel kelas dua.

"Perizinan baru untuk smelter RKEF di Kementerian ESDM ada kemungkinan tidak dikeluarkan lagi," ucapnya.

Namun memang, dia mengakui saat ini belum ada moratorium pembangunan smelter baru.

"(Saat ini) belum ada moratorium," bebernya.

Irwandy mengatakan, nantinya pembangunan smelter nikel baru di Indonesia akan didorong pada jenis smelter hidrometalurgi atau smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang menggunakan nikel kadar rendah (limonite). Smelter HPAL ini menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) maupun nikel sulfat yang bisa diolah lagi menjadi salah satu komponen baterai kendaraan listrik.

"Tidak dikeluarkan izin baru untuk pirometalurgi. (Akan) didorong ke hidrometalurgi," tandasnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM buka-bukaan perihal cadangan nikel Indonesia yang kian menipis. Dalam catatan Kementerian, cadangan nikel Indonesia bisa habis dalam kurun waktu 6-11 tahun lagi. Menipisnya cadangan nikel di Indonesia sejatinya imbas dari banyaknya pembangunan smelter.

Tercatat, untuk nikel melalui proses pirometalurgi atau yang memproses nikel kadar tinggi terdapat sebanyak 44 smelter. Sedangkan untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi yang memproses nikel kadar rendah sebanyak 3 smelter.

Dengan smelter yang ada, konsumsi bijih nikelnya untuk pirometalurgi dengan kadar tinggi, yaitu saprolite, adalah sebesar 210 juta ton per tahun. Dan untuk hidrometalurgi yang menghasilkan bahan baku komponen baterai, memerlukan bijih nikel kadar rendah, yaitu limonite, sebesar 23,5 juta ton per tahun.

Saat ini masih terdapat smelter nikel dalam tahap konstruksi, di antaranya untuk proses pirometalurgi terdapat sebanyak 25 smelter dan smelter nikel melalui proses hidrometalurgi terdapat 6 smelter dalam tahap konstruksi.

Bahkan, masih ada rencana pembangunan smelter pirometalurgi sebanyak 28 smelter dan untuk smelter dengan proses hidrometalurgi sedang dalam tahap perencanaan sebanyak 10 smelter.

Secara keseluruhan cadangan nikel baik jenis saprolite dan limonite kira-kira tersisa 5,2 miliar ton. Sementara dengan konsumsi yang seperti disampaikan atau mencapai sekitar 210 juta ton saprolite dan 23,5 juta ton limonite, maka umurnya hanya tersisa 6-11 tahun lagi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Nikel RI Diincar Dunia Tapi Cadangannya Menipis, Ini Kata ESDM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular