Bos PLN Buka-Bukaan Strategi Bikin RI Jadi 'Hijau'

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
06 March 2024 18:50
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam mensukseskan agenda transisi energi dibutuhkan kolaborasi global dari sisi kebijakan, teknologi, inovasi serta investasi. (Dok. PT PLN (Persero))
Foto: Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam mensukseskan agenda transisi energi dibutuhkan kolaborasi global dari sisi kebijakan, teknologi, inovasi serta investasi. (Dok. PT PLN (Persero))

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) bakal menggenjot pembangunan jaringan listrik yang terkoneksi secara digital atau smart grid. Hal tersebut menyusul dengan langkah perusahaan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis dari energi baru dan terbarukan (EBT).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo membeberkan, pihaknya saat ini tengah membahas mengenai perubahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2040. Di dalam RUPTL tersebut akan dibangun sebuah green enabling transmission.

Darmawan menjelaskan, untuk mendekatkan sumber pembangkit listrik berbasis EBT dengan pusat permintaan listrik, maka dibutuhkan pembangunan transmisi. Mengingat, jarak antara sumber listrik dan pusat permintaan listrik relatif jauh.

Adapun, berdasarkan perhitungan PLN, transmisi yang dibutuhkan tersebut diproyeksikan mencapai 47.000 km.

"Jadi kalau 47.000 kilometer, kalau mau keliling bumi bersama dengan saya, itu 42.500 km keliling bumi, ditambah 5 ribu lagi, 47.500 km itu. Jadi, dalam hal ini, ada suatu pembangunan infrastruktur secara masif," ujarnya dalam acara Road to PLN Investment Days 2024 di Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Penambahan green enabling transmission ini akan mampu memanfaatkan potensi EBT yang belum tergali di Indonesia. Mulai dari hidro, panas bumi, angin, matahari, dan ombak laut.

Dalam revisi RUPTL kali ini, hingga 2040 mendatang setidaknya akan ada penambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 80 Giga Watt (GW). Dengan rincian yakni 75% berasal dari pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dan 25% berasal dari pembangkit berbasis gas.

"Sampai tahun 2040, penambahan kapasitas pembangkit totalnya sekitar 80 GW. 75 persennya berbasis pada energi baru terbarukan. 25 persennya adalah berbasis pada gas," ungkap Darmawan.

Menurut Darmawan, peningkatan porsi pembangkit EBT sebesar 75% bukan tanpa sebab. Hal tersebut menyusul upaya perusahaan dalam membantu pemerintah menurunkan emisi karbon di sektor pembangkitan.


(ven/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Diresmikan, Intip Pabrik Hidrogen Hijau Milik PLN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular