Telko Tak Bisa Andalkan ARPU, Nilainya Lebih Mahal dari Kopi Starbucks

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Ismail MT mengakui industri telekomunikasi tengah mengalami situasi yang tidak mudah.
Menurutnya, pertumbuhan teknologi berpindah atau mengalami shifting business. Inti bisnis utama bukan lagi di telekomunikasi. Peran lebih besar sekarang diambil oleh infrastruktur. Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan memang menjadi playmaker, tetapi secara keuangan, industri telekomunikasi memang tertekan.
"Sentral di telekomunikasi sekarang tidak di telekomunikasi, biaya meng-handle traffice yang eksponensial kian meningkat," ujar Ismail dalam Tech & Telco Summit 2024, Selasa (5/2/2024).
Dia mencontohkan fixed mobile convergence (FMC) menjadi penopang untuk industri telekomunikasi bertahan hidup. Ismail mengungkapkan pihaknya sebagai regulator menyiapkan regulasi yang sesuai dengan kondisi ini.
Oleh karena itu, Ismail kembali menegaskan saat ini adalah saat perusahaan telekomunikasi untuk berinovasi. Jika hanya mengandalkan bandwidth, kondisinya jadi sulit.
"Mengandalkan ARPU (Average Revenue per Unit) segelas Starbucks lebih mahal dari ARPU sebulan ini berat," tegasnya.
"Betul-betul inovatif memberikan layanan kepada masyarakat. Kita hadir dengan hadir solusi regulasi yang friendly." lanjutnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Imbas Aksi Boikot, Starbucks di Timur Tengah PHK 2.000 Pegawai
