Jokowi Cerita Kematian Nahas Perwira Revolusi Iran Ditembak Drone
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menceritakan perkembangan teknologi drone yang semakin canggih dan berbahaya. Hal ini terbukti dari pemanfaatannya dalam perang konvensional.
Jokowi pun meminta TNI dan Polri harus memahami teknologi ini. Dia menilai pesawat tempur dan tank bagi TNI dan Polri penting, namun teknologi drone juga harus diperhatikan. Pasalnya, perkembangan teknologinya cukup signifikan.
"Pesawat tempur perlu? Iya. Tank perlu? Iya. Tapi hati-hati juga dengan drone. Saya ingat di tahun 2020 bulan Januari, ada penggunaan drone yang saya kaget karena begitu sangat presisi dan begitu sangat akurat mengejar siapa yang diinginkan," kata Jokowi.
Jokowi menceritakan Mayor Jenderal Qasem Soleimani atau Ghasem Soleimani yang merupakan pengawal besar revolusi Iran, tertembak dari drone yang dipersenjatai. Soleimani adalah perwira militer senior Iran dalam Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan sejak tahun 1998 menjadi komandan dari Pasukan Qud.
Singkat cerita, menurut BBC, Soleimani tewas bersama sembilan orang lainnya di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak pada tangggal 3 Januari silam atas permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Menurut Jokowi, drone yang menembak Soleimani juga dilengkapi teknologi face recognition.
"Akurat karena memakai face recognition. Akhirnya (Soleimani) ketembak," ungkapnya. Jokowi pun mengaku kaget, drone tersebut masuk ke wilayah Irak, tetapi dikendalikan di Markas Amerika Serikat (AS) Qatar.
Jokowi menegaskan ini adalah hal-hal yang harus diikuti dan diamati, yakni bagaimana perkembangan teknologi itu bisa mengubah dari perang yang konvensional ke perang-perang yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
(haa/haa)