Tiba-tiba Pengusaha Tekstil Ngaku Cemas Gegara China, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja  menyebut, masalah atau target inflasi di beberapa negara yang belum sesuai harapan menyebabkan kebijakan suku bunga yang tinggi masih berlangsung. Kondisi itu, lanjut dia, menambah potensi masih suramnya situasi dunia yang dapat memengaruhi perekonomian dalam negeri, terutama produk ekspor.

Tal hanya itu, lanjut dia, dominasi China sebagai mitra dagang nomor satu Amerika Serikat (AS) pun sudah tergerser di tahun 2023. Kini, China menjadi nomor tiga setelah Uni Eropa (UE) dan Mexico.

Karena itu, China mencari market atau pasar produk tekstilnya ke negara lain, dan tentu China akan menyisir market yang lemah dalam memainkan trade barrier-nya.

"Dampak ini mengakibatkan China harus mencari market untuk produk tekstil miliknya ke negara lain, sehingga persaingan secara global makin ketat. Dan pasti China akan menyisir market yang lemah dalam memainkan trade barrier-nya, baik dalam bentuk tarif barrier maupun non tarif barrier dan measure," kata Jemmy kepada CNBC Indonesia, Senin (26/2/2024).

Baca: China Minggir Dulu! Negara Ini Jadi Eksportir Terbesar AS

Perlu diketahui, lanjutnya, China merupakan satu-satunya negara yang sudah menurunkan suku bunga pinjamannya, dan China sudah mengalami deflasi.

"China baru buka Minggu (18/2/2024), dan langsung dibarengi dengan kenaikan harga bahan baku TPT (tekstil dan produk tekstil) seperti cotton dan viscose yang berakibat market (jadi) wait and see. Sehingga ekspor bisa dikatakan permintaannya masih datar-datar saja," ujarnya.

Sejalan dengan itu, Jemmy mengaku khawatir Indonesia menjadi pasar buangan dari produk TPT China, dan mengakibatkan produk TPT RI semakin tergerus.

"Itu yang dikhawatirkan. Dan sekarang sudah banyak produk mereka beredar di Indonesia," tutur dia.

Baca: Vietnam Diramal Jadi Raja Baru ASEAN, RI Bisa Apa?

Padahal, kata Jemmy, industri TPT nasional sangat berharap dengan market domestik yang cukup besar. Sehingga, menurutnya, pemerintah perlu menjaga pasar dalam negeri, melalui implementasi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.

"Semoga dengan berlakunya Permendag nomor 36 tahun 2023, yang akan mulai berlaku pada tanggal 10 Maret 2024 nanti dapat mengendalikan deras masuknya barang impor TPT ke dalam market Indonesia, sehingga dapat memperbaiki utilisasi industri TPT, baik di hulu maupun hilir hingga ke pelaku IKM," pungkasnya.

(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Sri Mulyani Ucap Ini, Menperin Langsung Beri Peringatan Keras